Nurhamimah Nasution (paling kiri), bersama dengan guru di Riau dan Project Manager Tanoto Foundation Medi Yusfa (tengah). (Foto: Faisal Harahap/Okezone) |
INFO TABAGSEL.com-Anak SD kelas 1 pada umumnya sudah mulai bisa membaca, namun beberapa murid kelas 4 dan 5 SD Negeri 011 Sering Barat, Kabupaten Pelalawan, Riau masih terbata-bata dalam membaca. Bahkan, nyaris tidak bisa membaca karena buku-buku di sekolah tersebut sangat terbatas.
Adalah Nurhamimah Nasution, yang menjadi Koordinator Perpustakaan, juga seorang guru. Perempuan asal Mandailing Natal, Sumatera Utara tersebut mengerahkan segala daya dan upaya agar para siswa binaannya pandai baca dan tulis.
"Para murid di sini sangat kesulitan membaca apalagi menulis," curhat Nurhamimah saat ditemui di SDN 11 Sering Barat, Kabupaten Pelalawan, Riau, belum lama ini.
Perempuan kelahiran 22 Desember 1972 itu menuturkan, kendala yang dia hadapi adalah minimnya koleksi buku yang dimiliki sekolahnya.
"Di sini bukunya terbatas. Yang ada hanya buku-buku pelajaran, sedangkan kalau anak-anak yang baru belajar baca tulis itu kan lebih senang buku yang ada gambarnya, tulisannya besar-besar dan sedikit," ucapnya ramah.
Lanjut perempuan lulusan UIN Suska Riau itu, mayoritas orangtua para siswa yang ia bina berasal dari kalangan ekonomi ke bawah. Di mana sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.
"Orangtua mereka itu kan nelayan, rata-rata mereka juga enggak bisa baca sama tulis, jadi kalau mereka di rumah ya orangtuanya juga enggak bisa ngajarin. Nah, karena pelajaran yang di sekolah enggak diulang di rumah, jadi suka lupa. Pas di sekolah kadang mengulang lagi dari awal," bebernya.
Dia tidak memungkiri bahwa para orangtua yang menitipkan anaknya di SDN 11 Sering Barat tidak dipungut biaya sepeser pun. "Sekolah di sini gratis. Seragam, pensil, buku sudah disediakan," ungkapnya.
Kendati segala peralatan sekolah telah disediakan, namun dia harus mengeluarkan tenaga ekstra saat mengajar di tempatnya mengabdi tersebut.
"Berat badan bisa turun drastis kalau sudah mengajar di kelas 1. Perlu waktu dua bulan untuk murid kelas 1 agar tangannya bisa lentur memegang pensil. Baca juga paling baru dua kosakata saja yang lancar," katanya.
"Tetapi Alhamdulillah, dari gurunya harus tetap sabar dan memberi pengarahan yang bisa dicerna oleh para murid. Ya akhirnya bisa biarpun lama prosesnya, karena saya ingin kalau anak-anak di daerah sini nantinya tidak hanya mencari ikan di laut, tapi juga punya pengetahuan yang luas," tutup Ibu empat orang anak ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar