INFO TABAGSEL.com-Kunjungan Ketua DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Aburizal Bakrie (Ical) ke Provinsi Jambi, Senin (4/11/2013), ternyata meninggalkan kesan yang tak enak.
Ical ke Jambi untuk menghadiri pelantikan Sy Fasha dan Abdullah Sani sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jambi periode 2013-2018. Sehabis acara, Ical dan rombongan mencari makan pada Senin sore.
Selesai santap sore di Rumah Makan Munir, bakal calon presiden RI usungan Partai Golkar itu juga mencoba minuman es tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) bernama Acit. Gerobak es tebu terdapat tepat di depan rumah makan.
Namun, ketika makan bersama selesai, tidak ada yang membayar es tebu. "Padahal, yang pesan es tebu sangat banyak. Ada seratusan gelas," ujar Acit. Pasalnya, puluhan tukang ojek dan penyapu jalanan juga ikut makan bareng rombongan tersebut.
Acit langsung menuju ke seorang pria yang menggunakan baju golkar. Ia menagih uang pembayaran es tebu kepada pria tersebut. Tapi, pria itu justru meminta Acit pergi karena ia bukan panitia.
Setelahnya, Acit langsung menuju seorang caleg DPR RI dari Partai Golkar bernama Pinto untuk menagih pembayaran. Namun, Pinto hanya mengeluarkan uang Rp 50 ribu dari kantongnya.
Kontan Acit meradang dan menolak pemberian uang oleh caleg tersebut. Pasalnya, nilai uang itu tak sebanding dengan harga total es tebu yang diminum Ical beserta rombongan.
"Pesannya 90 gelas. Masa dibayar Rp 50 ribu. Ya tidak sesuai. Jadi saya tolak," kata Acit. Seharusnya, kata Acit, bayaran 90 gelas es tebu itu dibayar dengan Rp 360 ribu.
Setelah lelah dipimpong, Acit kala itu akhirnya menyerah. "Sudahlah. Mudah-mudahan saja dibayar," ujarnya.
Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kota Jambi membantah anggapan Aburizal Bakrie beserta rombongannya tega tak membayar minuman.
Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Jambi Ahmadi Aris mengatakan peristiwa es tebu merupakan kesalahpahaman belaka. Ahmadi Aris mengatakan Acit sudah mendapat uang pembayaran.
Ahmadi mengatakan pembayaran tak dilakukan usai jamuan makan karena pembayaran harus ditotal dulu. "Kan harus ditotal dulu, baru bisa dibayar. Yang bayar tetap Golkar. Tidak ada yang tak dibayar," katanya.
Insiden "Es Tebu Ical" juga turut dikomentari oleh Ketua Balitbang DPP Partai Golkar, Indra J Piliang, Selasa (5/11). Melalui sepuluh "kultwit" di akun twitternya @IndraJPiliang, ia menilai insiden tersebut hanya kesalahpahaman.
Pada "kicauannya" yang ketujuh, Indra menjelaskan kader Golkar ingin membayar seluruh es tebu yang diminum Ketua Umum dan rombongan, sebesar Rp 50 ribu. Kader itu mengira hanya 25 orang, termasuk Ical, yang meminum es tebu tersebut.
Ternyata, setelah dihitung ada 55 orang, jadi harus dibayar Rp 110 ribu. Tentu saja keterangan Indra tersebut, sedikit berbeda dengan Acit. (arn/zak/tribunnews.com)
Ical ke Jambi untuk menghadiri pelantikan Sy Fasha dan Abdullah Sani sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jambi periode 2013-2018. Sehabis acara, Ical dan rombongan mencari makan pada Senin sore.
Selesai santap sore di Rumah Makan Munir, bakal calon presiden RI usungan Partai Golkar itu juga mencoba minuman es tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) bernama Acit. Gerobak es tebu terdapat tepat di depan rumah makan.
Namun, ketika makan bersama selesai, tidak ada yang membayar es tebu. "Padahal, yang pesan es tebu sangat banyak. Ada seratusan gelas," ujar Acit. Pasalnya, puluhan tukang ojek dan penyapu jalanan juga ikut makan bareng rombongan tersebut.
Acit langsung menuju ke seorang pria yang menggunakan baju golkar. Ia menagih uang pembayaran es tebu kepada pria tersebut. Tapi, pria itu justru meminta Acit pergi karena ia bukan panitia.
Setelahnya, Acit langsung menuju seorang caleg DPR RI dari Partai Golkar bernama Pinto untuk menagih pembayaran. Namun, Pinto hanya mengeluarkan uang Rp 50 ribu dari kantongnya.
Kontan Acit meradang dan menolak pemberian uang oleh caleg tersebut. Pasalnya, nilai uang itu tak sebanding dengan harga total es tebu yang diminum Ical beserta rombongan.
"Pesannya 90 gelas. Masa dibayar Rp 50 ribu. Ya tidak sesuai. Jadi saya tolak," kata Acit. Seharusnya, kata Acit, bayaran 90 gelas es tebu itu dibayar dengan Rp 360 ribu.
Setelah lelah dipimpong, Acit kala itu akhirnya menyerah. "Sudahlah. Mudah-mudahan saja dibayar," ujarnya.
Tanggapan Pihak Golkar
Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kota Jambi membantah anggapan Aburizal Bakrie beserta rombongannya tega tak membayar minuman.
Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Jambi Ahmadi Aris mengatakan peristiwa es tebu merupakan kesalahpahaman belaka. Ahmadi Aris mengatakan Acit sudah mendapat uang pembayaran.
Ahmadi mengatakan pembayaran tak dilakukan usai jamuan makan karena pembayaran harus ditotal dulu. "Kan harus ditotal dulu, baru bisa dibayar. Yang bayar tetap Golkar. Tidak ada yang tak dibayar," katanya.
Insiden "Es Tebu Ical" juga turut dikomentari oleh Ketua Balitbang DPP Partai Golkar, Indra J Piliang, Selasa (5/11). Melalui sepuluh "kultwit" di akun twitternya @IndraJPiliang, ia menilai insiden tersebut hanya kesalahpahaman.
Pada "kicauannya" yang ketujuh, Indra menjelaskan kader Golkar ingin membayar seluruh es tebu yang diminum Ketua Umum dan rombongan, sebesar Rp 50 ribu. Kader itu mengira hanya 25 orang, termasuk Ical, yang meminum es tebu tersebut.
Ternyata, setelah dihitung ada 55 orang, jadi harus dibayar Rp 110 ribu. Tentu saja keterangan Indra tersebut, sedikit berbeda dengan Acit. (arn/zak/tribunnews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar