INFO TABAGSEL.com-Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT
ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan sidang bersama DPR-RI dan
DPD-RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta, Jumat (16/8) pagi, menyampaikan empat hal penting yang perlu dicermati saat ini.
Keempat hal penting itu, Pertama, tentang pentingnya kemampuan mengelola ekonomi di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global. Kedua, tentang pentingnya memelihara kerukunan dan toleransi. Ketiga, pentingnya untuk menyukseskan Pemilu 2014 dan suksesi kepemimpinan secara demokratis dan damai. Dan Keempat, pentingnya kita terus mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terkait
dengan kewajiban negara untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan
wilayah, Presiden SBY menyatakan tekad untuk dengan segala upaya,
memper-tahankan kedaulatan dan keutuhan setiap jengkal wilayah, yang
secara sah merupakan bagian integral dari NKRI.
“Atas
dasar tekad itu pula, kita akan bertindak tegas dalam menghadapi setiap
ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik Indonesia,”
kata Presiden SBY dalam sidang yang dipimpin oleh Ketua DPD-RI Irman
Gusman itu.
Presiden menyampaikan rasa syukurnya karena konflik
di Aceh telah berhasil kita akhiri secara damai. Kini saatnya, segenap
elemen masyarakat di Aceh membangun masa depan yang lebih sejahtera,
aman dan damai.
Dalam
kesempatan itu, Kepala Negara mengajak semua pihak untuk terus
menghindari segala hal yang berpotensi menciptakan kemunduran, dan
kembali ke situasi tidak aman seperti yang dialami pada masa lalu.
“Semua
pihak, termasuk kalangan yang ada di Aceh, dengan sepenuh hati saya
harapkan sungguh memegang teguh semangat dan ketulusan hati untuk
mengubur konflik di masa lalu, dan kemudian melangkah ke depan untuk
membangun diri, dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pinta
Kepala Negara.
Adapun
menyangkut masalah Papua, menurut Presiden SBY, pemerintah terus
mengutamakan pendekatan kesejahteraan dan percepatan pembangunan di
Provinsi itu. Soal penegakan hukum dan keamanan, kata Presiden,
dilakukan dengan tetap memberikan penghormatan pada Hak-hak Asasi
Manusia, dan kekhususan budaya masyarakat Papua.
Presiden
juga menegaskan, bahwa Pemerintah Pusat terus meningkatkan besaran
anggaran untuk mempercepat dan memperluas pembangunan di Papua. Saat
ini, berbagai program pembangunan infrastruktur tengah berlangsung
secara intensif di berbagai wilayah Papua.
Selain
itu, pemerintah juga sedang merancang suatu formula Otonomi Khusus,
yang mampu memberikan nilai tambah dan terobosan baru bagi terwujudnya
kemajuan dan kemuliaan Papua.
Di
depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI itu, Presiden SBY sekali lagi
menegaskan bahwa Aceh dan Papua adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari NKRI. “Pendirian ini merupakan harga mati bagi bangsa Indonesia,”
tegas Presiden SBY.
Kepala
Negara berharap pendirian itu dipahami oleh semua pihak. “Hendaknya
kita semua, baik di dalam maupun di luar negeri, menghindari segala
bentuk propaganda dan provokasi yang dapat mengganggu kedaulatan dan
keutuhan wilayah Republik Indonesia,” tegas Kepala Negara.
Menurut Presiden SBY, selama ini, Indonesia senantiasa menghormati kedaulatan dan
integritas wilayah negara lain, negara-negara sahabat. Oleh karena itu,
Indonesia berharap prinsip yang sama juga diterapkan secara resiprokal.
Melalui
penegasan itu, Presiden berharap agar semua pihak bekerja secara aktif
untuk mencegah aktivitas politik yang dapat mengakibatkan terganggunya
hubungan baik Indonesia dengan negara-negara sahabat.
“Jangan lukai perasaan bangsa Indonesia, karena kami juga tidak ingin melukai bangsa lain,” tegas Presiden SBY.
Pidato
Kenegaraan Presiden RI yang diselenggarakan dalam rangka HUT ke-68
Proklamasi Kemerdekaan RI di depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI itu
juga dihadiri oleh Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono, Wakil Presiden
Boediono, Ibu Herawati Boediono, Ketua DPR Marzuki Alie, mantan Presiden
BJ. Habibie, mantan Wakil Presiden Hamzah Has, mantan Wakil Presiden
Jusuf Kalla, para pimpinan lembaga negara, para menteri Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB) II, anggota DPR-RI dan DPD-RI, para duta besar
negara sahabat, dan para teladan dari seluruh tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar