Presiden Morsi mengatakan kekerasan berbau politis menjadi tantangan besar. |
INFO TABAGSEL.com- Mesir, Mohamed Morsi, mengecam fatwa yang mengizinkan pembunuhan terhadap para pemimpin oposisi dan mengatakan hasutan itu sama dengan "terorisme."
Kecaman Morsi disampaikan setelah ulama menerbitkan fatwa yang disiarkan oleh televisi satelit. Fatwa itu mengizinkan pembunuhan terhadap para pemimpin kubu oposisi Fron Penyelamat Nasional.
Kelompok oposisi itu dituduh bertanggung jawab atas pertumpahan darah yang terus terjadi di Mesir.
Akan tetapi Presiden Morsi, menurut juru bicaranya, menentang keras fatwa tersebut.
"Praktek kekerasan politis atau ancamannya telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi revolusi Arab ketika negara-negara sedang membangun demokrasi yang masih rapuh," kata juru bicara presiden Yasser Ali, Jumat 8 Februari.
"Kita harus bersatu padu, rakyat dan pemerintah, untuk mencegah ancaman hasutan dan upaya terus menerus untuk menyemai perbedaan dan perpecahan di Mesir tercinta," jelas Yasser Ali.
Kekhawatiran di Mesir
"Praktek kekerasan politis atau ancamannya telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi revolusi Arab ketika negara-negara sedang membangun demokrasi yang masih rapuh."
Yasser Ali
Ia mengatakan presiden mengecam keras pihak-pihak yang menyulut pembunuhan atas nama agama dan mengatakan tindakan itu sama dengan "terorisme."
Pernyataan presiden dikeluarkan ketika ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di ibukota Mesir, Kairo, untuk menuntut perubahan undang-undang dasar dan menuntut jaminan independensi kehakiman.
Fatwa pembunuhan oposisi di Mesir menimbulkan kekhawatiran meluas setelah seorang tokoh oposisi Tunisia KlikChokri Belaid ditembak mati oleh penyerang tunggal di ibukota Tunisia, Tunis, pada Rabu (06/06).
Tunisia tercatat sebagai negara Arab pertama yang dilanda pergolakan massa menuntut perombakan sebelum revolusi menyebar ke negara-negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar