Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Medan, Joni Superiadi menyatakan, anggota tim SAR yang semula dikirim ke lokasi, mengalami hambatan karena dalamnya lubang tersebut. Lubang galian tambang emas yang ambruk itu mencapai ratusan meter.
"Tim pertama itu tidak memiliki keahlian dan peralatan yang cukup untuk menghadapi situasi lubang tambang yang ternyata demikian dalam. Makanya hari ini kita kirimkan dua tenaga ahli SAR yang memiliki kualifikasi untuk melakukan operasi SAR di pertambangan," kata Joni kepada wartawan di Medan, Jumat (8/2/2013).
Dua anggota SAR yang memiliki sertifikat mine rescue tersebut masing-masing Adi Pandawa dan Albar. Mereka diberangkatkan dengan helikopter dari Medan siang tadi, dan mendarat di Lapangan Kompi Senapan B Batalyon Infanteri 123/Rajawali di Mandailing Natal. Tim ini, juga membawa beberapa alat khusus untuk rescue tambang, termasuk di antaranya breathing apparatus, tabung oksigen untuk kepentingan SAR.
Terkait situasi di lokasi tambang yang ambruk di Dusun Jambu Orsik, Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Mandailing Natal, Joni menyatakan informasi tentang jumlah korban yang terjebak masih simpang-siur. Pasalnya, sebagian penambang merupakan warga luar Sumut yang datang sendirian sehingga tidak diketahui apakah ikut terjebak atau memang sudah pergi.
Tambang emas ilegal itu ambruk pada Senin (4/2/2013) malam. Saat kejadian, para penambang tengah bekerja mengorek tanah mencari kandungan emas. Sejauh ini korban tewas yang sudah berhasil dievakuasi dari tambang itu baru satu orang, yakni Hendra Lubis (26) warga Desa Sabapadang. Sementara korban luka ada ima orang.
Dugaan sementara ada tiga orang lagi yang masih terjebak di dalam lubang tambang itu. Masing-masing atas nama Danan, Zulhan dan Agus. Nama-nama ini muncul karena pihak keluarga menyatakan ketiganya belum kembali setelah ambruknya tambang itu.
(rul/try)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar