INFO TABAGSEL.com-Pengembangan inovasi dan teknologi tidak tumbuh di ruang vakum, melainkan membutuhkan lingkungan pendukung. Lingkungan itu adalah institusi-institusi ekonomi, politik, sosial dan sebagainya serta aturan main yang sehat di dalamnya. Wakil Presiden Boediono mengingatkan bahwa pembangunan institusi dan aturan main tersebut adalah prasyarat bila Indonesia menginginkan kemajuan.
"Adalah tugas kita semua untuk membangun institusi-institusi negara kita beserta aturan mainnya. Saya sangat setuju pada pesan Yasuo bahwa untuk menunjang pengembangan inovasi dan teknologi jangan lupa mendidik generasi muda dengan pendidikan IPS, atau pendidikan soft skill, di luar pendidikan IPA atau hard skill yang menekankan pengetahuan dan keterampilan,"kata Wakil Presiden Boediono saat memberikan keynote speech dalam Indonesia – Jalan Innovation Convention 2012 di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, pada Minggu 2 Desember 2012.
Indonesia saat ini sedang memasuki tahapan pembangunan, yang tidak lagi mengandalkan pada bahan mentah dan buruh murah. Indonesia memasuki tahap pembangunan yang harus lebih bertumpu pada pengetahuan, inovasi, serta kreativitas sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.
“Demi mengatasi berbagai tantangan itu, salah satu caranya adalah dengan menjalin kerjasama produktif dengan negara-negara yang lebih maju dibidang teknologi,” kata Wapres Boediono. Sebaliknya, negara-negara itu dapat memperoleh manfaat dari kerjasama penelitian yang terkait langsung dengan potensi perluasan perdagangan dan investasi di Indonesia.
Hadir dalam pameran itu Presiden Japan-Indonesia Association Yang Mulia Fukuda Yasuo, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori, Penasehat IJIC yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jepang Ginanjar Kartasamita, Duta Besar Indonesia untuk Jepang Muh. Luthfi dan Presiden Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rachmat Gobel serta kalangan penggiat inovasi dan teknologi dari perguruan tinggi maupun pebisnis.
Wapres mengucapkan selamat datang kepada Presiden Japan-Indonesia Association Yang Mulia Yasuo Fukuda yang merupakan mantan Perdana Menteri Jepang . I ndonesia dan Jepang , kata Wapres, memiliki landasan kuat untuk kerjasama di berbagai bidang . Keduanya memiliki hubungan ekonomi yang kuat dan hubungan antar negara yang panjang dan dalam.
Pada tahun 1981, lanjutnya, lebih dari 30 tahun yang lalu, Indonesia dan Jepang menandatangani perjanjian kerjasama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 2007, Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement ditandatangani dan diberlakukan setahun kemudian. Pada tahun 2011, Jepang adalah negara tujuan ekspor Indonesia yang paling besar (16,6%) dan negara ketiga terbesar untuk impor Indonesia (11,0%). Pada tahun yang sama pula, 400.000 warga negara Jepang mengunjungi Indonesia, dan lebih dari 60.000 warganegara Indonesia telah mengunjungi Jepang. Dari jumlah tersebut, lebih dari 13.000 warga Indonesia pergi ke Jepang untuk melakukan bisnis.
Di sisi lain, Jepang diakui sebagai salah satu negara yang memiliki keunggulan di bidang pengembangan dan inovasi teknologi. Kemampuan bangsa Jepang dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi bagi kemajuan bangsanya patut menjadi contoh bagi Indonesia. Maka, konvensi IJIC menjadi kegiatan strategis yang mempertemukan pakar dan praktisi yang kompeten untuk meningkatkan kolaborasi Indonesia dan Jepang dalam bidang inovasi teknologi. Banyak pakar Indonesia terlibat di dalamnya, antara lain dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Wapres yakin bahwa Jepang dan Indonesia dapat memperoleh manfaat dari pengembangan hubungan kerjasama yang kuat ini, dengan memperluas kerjasama dalam menciptakan produk, proses dan pemasaran yang inovatif di antara kedua negara. “ Tantangan bagi Indonesia maupun Jepang adalah bagaimana mempertemukan berbagai peluang untuk memperkuat jalinan di antara lembaga riset, pelaku usaha, dan masyarakat, demi membawa keuntungan bagi kedua negara ,” kata Wapres .
Wapres menyadari bahwa Indonesia masih terus perlu memperbaiki iklim investasi dan memacu pembangunan infrastrukturnya. Berbagai kerjasama pembangunan dari pelaksanaan partnership antara Indonesia dan Jepang juga diarahkan untuk mengatasi masalah itu. “ Pemerintah Indonesia telah memiliki rencana tindak yang kongkrit di bidang ini ,” ia menegaskan (Selanjutnya baca pidato Wapres di Ruang Media) .
Berbicara sebelum Wapres, Presiden Japan-Indonesia Association Fukuda Yasuo menyampaikan tiga pandangannya tentang inovasi dan teknologi. Pertama, untuk memajukan inovasi diperlukan strategi dan penanganan yang melibatkan kalangan politik, akademis, bisnis serta pemerintah/birokrat maupun masyarakat.
Kedua, baik dalam skala kecil maupun besar, sebelum dapat melahirkan sebuah inovasi sangatlah penting untuk menguasai teknologi dasar yang dapat menunjang sebuah inovasi. “Maksudnya adalah untuk melahirkan sebuah inovasi dan membawanya ke tingkat produksi, diperlukan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang walaupun berskala kecil, namun memiliki keunggulan di penguasaan teknologi dasar serta memiliki semangat kreativitas tinggi,” katanya.
Dan ketiga, pentingnya kebijakan pendidikan untuk memajukan inovasi. Yasuo memberikan contoh salah satu pengalaman Jepang dengan membangun “Kosen” atau institusi pendidikan setingkat sekolah menengah atas sepanjang lima tahun yang mengkonsentrasikan anak didik pada keterampilan praktis yang kreatif dan produktif.
Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Akhmaloka mengatakan, konvensi diselenggarakan untuk mempererat kerjasama kedua negara dalam bidang informasi teknologi. Keduanya telah sepakat bahwa inovasi adalah kunci bukan cuma dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga pada hampir seluruh bidang kehidupan. “Melalui IJIC kita dapat mengenali dengan lebih detail dan mencapai kesepakatan untuk berkolaborasi, mendapatkan pemahaman dan memetik keuntungan,” katanya.
IJIC telah mendiskusikan strategi makro dalam 8 kluster pembahasan yakni, informasi dan teknologi komunikasi, transportasi, material baru, bioteknologi dan kesehatan, industri kreatif, komunitas cerdas (smart community) dan kewirausahaan dan kebijakan. Selama tiga hari penyelenggaraannya, IJIC telah melibatkan 40 pembicara dan lebih dari 700 peserta.
Dalam kesempatan itu Presiden Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang Rachmat Gobel membacakan Bandung Innovation Statement yang antara lain berisi kesepakatan untuk membentuk forum yang tepat antara pihak-pihak yang terkait inovasi dan teknologi di Indonesia dan Jepang untuk menfasilitasi dialog dan melakukan tindak lanjut; mendukung gagasan untuk membangun komunitas cerdas (smart community); membentuk kemitraan strategis dalam bidang inovasi yang sejajar dan saling menguntungkan dan mendorong sinergi tiga sumbu, yakni pemerintah, perguruan res tinggi dan pebisnis
Menurut Penasehat IJIC Ginanjar Kartasasmita, ia mendukung pembuatan cetak biru yang akan mempertemukan dan melibatkan ketiga sumbu itu, (pemerintah, pengusaha dan kalangan perguruan tinggi) dalam mempererat hubungan kerjasama Indonesia dan Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar