INFO TABAGSEL.com-Dalam lima hari ke depan penyelenggaraan Pekan Produk
Kreatif Indonesia (PPKI) 2012, Wakil Presiden Boediono meminta agar
seluruh unsur pemerintah, pebisnis, maupun kaum intelektual untuk aktif
mendengar langsung, melihat langsung, berdiskusi langsung, tentang 15
subsektor ekonomi kreatif dan dari itu semua pilihan-pilihan kebijakan
ekonomi kreatif pemerintah makin terarah dan efektif. Hal ini
disampaikannya pada pembukaan PPKI di Kuningan Episentrum, Jakarta, Rabu
22 November 2012.
Selain itu, Wapres Boediono juga menghimbau kepada para pengunjung generasi muda agar tidak melewatkan kesempatan yang baik ini. "Sebab, dalam festival ini para pelaku kreatif terbaik Indonesia akan hadir untuk berbagi ilmu, keahlian, dan pengalaman, yang mereka miliki," kata Wapres. Ia mengajak delegasi negara sahabat untuk menyaksikan langsung bagaimana kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia. Lebih dari itu Wapres berharap dari pelaksanaan acara ini, akan tercipta jejaring dan kemitraan yang strategis antar pemerintah, antar institusi pendidikan, dan khususnya antarpelaku usaha lintas negara.
Hadir dalam kesempatan ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Kim Young-Sun.
Masalah Ekonomi Kreatif
Wapres memuji langkah-langkah Kementerian Ekonomi Kreatif dan berbagai pihak yang disebutnya telah berperan besar dalam mengembangkan gairah ekonomi kreatif. Usia pengembangannya masih muda, kata Wapres, namun sejak dicanangkan tahun 2006 lalu, beberapa langkah strategis sudah kita ambil. Langkah-langkah itu antara lain Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif, Instruksi Presiden tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sudah diterbitkan dan telah pula menyelenggarakan Pekan Produksi Indonesia setiap tahun sejak tahun 2007. "Ini semua adalah cerminan dari keyakinan dan harapan kita semua, bahwa ekonomi kreatif akan mampu membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia," katanya.
Wapres kembali mengingatkan betapa besar potensi ekonomi kreatif di Indonesia, pemilik lebih dari 300 suku bangsa atau etnis yang masing-masing memiliki budaya yang tinggi, yang dapat menjadi modal bagi pengembangan kegiatan ekonomi kreatif. Ini semua disebutnya sebagai harta kekayaan yang sangat berharga dan harus dioptimalkan pemanfaatannya dalam mengembangkan ekonomi kreatif ke depan.
Namun di balik itu semua terdapat sejumlah permasalahan yang menghadang perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi pekerjaan rumah, yakni kurangnya kuantitas dan kualitas SDM kreatif, kurangnya perlindungan HAKI, infrastruktur teknologi informasi yang belum kompetitif, dukungan pembiayaan yang belum lancar, iklim usaha yang belum mendukung tumbuhnya pelaku usaha kreatif baru, kurangnya apresiasi terhadap karya dan insan kreatif, akses pasar yang belum menggembirakan, sampai kepada permasalahan ketidaksinkronnya kebijakan di tingkat pusat dan daerah.
Wapres mencermati, ekonomi kreatif di tanah air saat ini masih dihadapkan pada masalah SDM yang sebagian besar belajar secara otodidak, sehingga kualitasnya belum cukup merata. Masalah lain seperti akses pada pembiayaan, HAKI, sampai pada bentuk-bentuk usaha yang sebagian besar merupakan subkontraktor dari perusahaan kreatif luar negeri perlu mendapat perhatian.
"Permasalahan-permasalahan ini harus terus menjadi perhatian kita semua, para pendukung ekonomi kreatif. Mari kita menyatukan langkah untuk mengatasi masalah-masalah itu secara sungguh-sungguh sistematis dan terkoordinasi.," katanya.
Penduduk Muda 43 Persen
Dilihat dari segi demografi, Wapres mengatakan, penduduk usia muda Indonesia sangat besar, yaitu mencapai 43 persen. Jumlah ini merupakan suatu nilai plus yang penting karena kreativitas sangat dekat dengan kaum muda.
Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan dan mengerahkan sumber daya manusia usia produktif dan kreatif yang besar untuk menjadikan Indonesia kekuatan ekonomi yang diperhitungan dunia. Potensi ini harus dipahami dan diyakini bersama dalam setiap rencana pengembangan ekonomi kreatif ke depan.
“Saya mengerti bahwa PPKI kali ini, menjadikan kaum muda usia 15-25 tahun sebagai target audience utamanya. Pada kurun usia inilah mereka menentukan arah karir ke depan. Tugas kita sebagai perumus kebijakan ekonomi kreatif adalah memfasilitasi, memotivasi, dan mengispirasi mereka bahwa ekonomi kreatif adalah bidang profesi atau bisnis di masa depan yang menjanjikan,” katanya (selengkapnya baca Pidato Wapres di Ruang Pers).
Dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu, Indonesia adalah satu dari dua negara di dunia yang memiliki kementerian khusus untuk menangani ekonomi kreatif. Negara lainnya adalah Inggris. Maka, penyelenggaraan PPKI yang telah menginjak tahun ketujuh terus berupaya untuk berinovasi dan berkreasi.
Dalam penyelenggaraan PPKI tahun ini, terdapat sejumlah perbedaan antara lain kemasan kegiatan yang khusus ditujukan bagi generasi muda usia 15-25 sebagai pelaku sekaligus konsumen produk kreatif; adanya penambahan satu subsektor yakni kuliner kepada 15 subsektor yang sudah ada (permainan interaktif, penerbitan dan percatakan, arsitektur, fesyen, musik, kerajinan, film video dan fotografi, pasar dan barang seni, seni pertunjukkan, layanan komputer dan piranti lunak, periklanan, desain, kuliner, televisi dan radio, riset dan pengembangan); seminar internasional oleh pakar ekonomi kreatif asal Inggris dan menjadi ajang temu bisnis, kerjasama internasional, workshop, kesempatan pasar, casting bahkan anjungan pembiayaan, “mengingat akses terhadap modal sangat menentukan keberlangsungan sebuah projek ekonomi kreatif,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dalam kesempatan itu Wapres juga menyerahkan penghargaan Basya Caraka yakni penghargaan bagi kabupaten/kota yang dinilai telah berhasil menciptakan iklim ekonomi kreatif. Dari 38 kabupaten/kota yang ikut seleksi, dua yang terpilih yakni Bupati Sleman, DI Yogyakarta dan Walikota Tangerang, Provinsi Banten.
Selain itu, Wapres Boediono juga menghimbau kepada para pengunjung generasi muda agar tidak melewatkan kesempatan yang baik ini. "Sebab, dalam festival ini para pelaku kreatif terbaik Indonesia akan hadir untuk berbagi ilmu, keahlian, dan pengalaman, yang mereka miliki," kata Wapres. Ia mengajak delegasi negara sahabat untuk menyaksikan langsung bagaimana kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia. Lebih dari itu Wapres berharap dari pelaksanaan acara ini, akan tercipta jejaring dan kemitraan yang strategis antar pemerintah, antar institusi pendidikan, dan khususnya antarpelaku usaha lintas negara.
Hadir dalam kesempatan ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Kim Young-Sun.
Masalah Ekonomi Kreatif
Wapres memuji langkah-langkah Kementerian Ekonomi Kreatif dan berbagai pihak yang disebutnya telah berperan besar dalam mengembangkan gairah ekonomi kreatif. Usia pengembangannya masih muda, kata Wapres, namun sejak dicanangkan tahun 2006 lalu, beberapa langkah strategis sudah kita ambil. Langkah-langkah itu antara lain Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif, Instruksi Presiden tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sudah diterbitkan dan telah pula menyelenggarakan Pekan Produksi Indonesia setiap tahun sejak tahun 2007. "Ini semua adalah cerminan dari keyakinan dan harapan kita semua, bahwa ekonomi kreatif akan mampu membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia," katanya.
Wapres kembali mengingatkan betapa besar potensi ekonomi kreatif di Indonesia, pemilik lebih dari 300 suku bangsa atau etnis yang masing-masing memiliki budaya yang tinggi, yang dapat menjadi modal bagi pengembangan kegiatan ekonomi kreatif. Ini semua disebutnya sebagai harta kekayaan yang sangat berharga dan harus dioptimalkan pemanfaatannya dalam mengembangkan ekonomi kreatif ke depan.
Namun di balik itu semua terdapat sejumlah permasalahan yang menghadang perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi pekerjaan rumah, yakni kurangnya kuantitas dan kualitas SDM kreatif, kurangnya perlindungan HAKI, infrastruktur teknologi informasi yang belum kompetitif, dukungan pembiayaan yang belum lancar, iklim usaha yang belum mendukung tumbuhnya pelaku usaha kreatif baru, kurangnya apresiasi terhadap karya dan insan kreatif, akses pasar yang belum menggembirakan, sampai kepada permasalahan ketidaksinkronnya kebijakan di tingkat pusat dan daerah.
Wapres mencermati, ekonomi kreatif di tanah air saat ini masih dihadapkan pada masalah SDM yang sebagian besar belajar secara otodidak, sehingga kualitasnya belum cukup merata. Masalah lain seperti akses pada pembiayaan, HAKI, sampai pada bentuk-bentuk usaha yang sebagian besar merupakan subkontraktor dari perusahaan kreatif luar negeri perlu mendapat perhatian.
"Permasalahan-permasalahan ini harus terus menjadi perhatian kita semua, para pendukung ekonomi kreatif. Mari kita menyatukan langkah untuk mengatasi masalah-masalah itu secara sungguh-sungguh sistematis dan terkoordinasi.," katanya.
Penduduk Muda 43 Persen
Dilihat dari segi demografi, Wapres mengatakan, penduduk usia muda Indonesia sangat besar, yaitu mencapai 43 persen. Jumlah ini merupakan suatu nilai plus yang penting karena kreativitas sangat dekat dengan kaum muda.
Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan dan mengerahkan sumber daya manusia usia produktif dan kreatif yang besar untuk menjadikan Indonesia kekuatan ekonomi yang diperhitungan dunia. Potensi ini harus dipahami dan diyakini bersama dalam setiap rencana pengembangan ekonomi kreatif ke depan.
“Saya mengerti bahwa PPKI kali ini, menjadikan kaum muda usia 15-25 tahun sebagai target audience utamanya. Pada kurun usia inilah mereka menentukan arah karir ke depan. Tugas kita sebagai perumus kebijakan ekonomi kreatif adalah memfasilitasi, memotivasi, dan mengispirasi mereka bahwa ekonomi kreatif adalah bidang profesi atau bisnis di masa depan yang menjanjikan,” katanya (selengkapnya baca Pidato Wapres di Ruang Pers).
Dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu, Indonesia adalah satu dari dua negara di dunia yang memiliki kementerian khusus untuk menangani ekonomi kreatif. Negara lainnya adalah Inggris. Maka, penyelenggaraan PPKI yang telah menginjak tahun ketujuh terus berupaya untuk berinovasi dan berkreasi.
Dalam penyelenggaraan PPKI tahun ini, terdapat sejumlah perbedaan antara lain kemasan kegiatan yang khusus ditujukan bagi generasi muda usia 15-25 sebagai pelaku sekaligus konsumen produk kreatif; adanya penambahan satu subsektor yakni kuliner kepada 15 subsektor yang sudah ada (permainan interaktif, penerbitan dan percatakan, arsitektur, fesyen, musik, kerajinan, film video dan fotografi, pasar dan barang seni, seni pertunjukkan, layanan komputer dan piranti lunak, periklanan, desain, kuliner, televisi dan radio, riset dan pengembangan); seminar internasional oleh pakar ekonomi kreatif asal Inggris dan menjadi ajang temu bisnis, kerjasama internasional, workshop, kesempatan pasar, casting bahkan anjungan pembiayaan, “mengingat akses terhadap modal sangat menentukan keberlangsungan sebuah projek ekonomi kreatif,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dalam kesempatan itu Wapres juga menyerahkan penghargaan Basya Caraka yakni penghargaan bagi kabupaten/kota yang dinilai telah berhasil menciptakan iklim ekonomi kreatif. Dari 38 kabupaten/kota yang ikut seleksi, dua yang terpilih yakni Bupati Sleman, DI Yogyakarta dan Walikota Tangerang, Provinsi Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar