Minahasa (ANTARA
News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh mengharapkan
guru melakukan pendekatan mata pelajaran terintegrasi melalui proses
pengamatan, bertanya, dan menalar dan bereksperimen.
"Proses pengamatan atau observasi misalnya. Proses ini harus dibelajarkan mulai dari sekolah dasar kelas satu dan kegiatan sekolah tidak harus di dalam kelas, tapi diajak keluar," kata menteri saat membawakan sambutan pada pelaksanaan Sosialisasi Kurikulum Nasional 2013, di Kantor Pusat Universitas Negeri Manado (Unima), Minahasa, Sabtu.
Kemampuan kedua yang harus dibelajarkan menurut menteri adalah kemampuan bertanya sebagai bagian dari rasa penasaran intelektual, walaupun terkadang guru malas menjawab dengan berbagai alasan.
"Jangan banyak tanya, sembarangan ditanyakan, diam kamu, memang kaya gitu ya sudah, dipikir saya tahu semuanya. Ini yang sering terjadi," kata menteri.
Menteri pun menganekdotkan kemampuan bertanya siswa pada guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA, terkait dengan lama eraman ayam sampai telur menetas.
"Kenapa telur ayam kalau dierami selama dua puluh tiga hari menetas. Kenapa tidak dua puluh dua hari atau dua puluh tujuh hari hari. Kemudian guru menjawab, kalau dua puluh tujuh hari kelamaan, dan dua puluh hari kecepatan," katanya.
Sesampai di rumah, kata menteri, anak mendapati ibunya menggoreng kerupuk, kemudian dia mengambilnya, ketika digigit kerupuk panas terasa melempem, dan kerupuk dingin rasanya kriuk-kriuk.
"Apa yang dialami anak kemudian ditanyakan ke guru. Ibu guru, kenapa kerupuk panas terasa melempem, dan kerupuk dingin kriuk-kriuk. Apa jawaban guru? Itulah bedanya kerupuk dingin dan kerupuk panas," katanya.
Menurut menteri, bila model menjawab seperti itu, guru hanya menceritakan permukaan dari fenomene "scientific" dan anak tidak mendapatkan ilmu yang sejatinya.
"Kemampuan bertanya harus ditanamkan sejak dini untuk membangkitkan rasa kepenasaran intelektual," ungkapnya.
Kemampuan ketiga, kata menteri adalah menjawab fenomena-fenomena dengan kemampuan penalaran, di mana Unima sebagai pabrik guru harus menghasilkan guru yang mampu menggunakan penalaran, untuk seterusnya dilanjutkan kepada peserta didik.
Selanjutnya kata menteri, adalah kemampuan bereksperimen, dimana anak dibelajarkan melakukan ujicoba sendiri di laboratorium, tidak juga harus menggunakan laboratorum canggih, karena pendekatannya bisa gunakan tematik integratif.
"Proses pengamatan atau observasi misalnya. Proses ini harus dibelajarkan mulai dari sekolah dasar kelas satu dan kegiatan sekolah tidak harus di dalam kelas, tapi diajak keluar," kata menteri saat membawakan sambutan pada pelaksanaan Sosialisasi Kurikulum Nasional 2013, di Kantor Pusat Universitas Negeri Manado (Unima), Minahasa, Sabtu.
Kemampuan kedua yang harus dibelajarkan menurut menteri adalah kemampuan bertanya sebagai bagian dari rasa penasaran intelektual, walaupun terkadang guru malas menjawab dengan berbagai alasan.
"Jangan banyak tanya, sembarangan ditanyakan, diam kamu, memang kaya gitu ya sudah, dipikir saya tahu semuanya. Ini yang sering terjadi," kata menteri.
Menteri pun menganekdotkan kemampuan bertanya siswa pada guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA, terkait dengan lama eraman ayam sampai telur menetas.
"Kenapa telur ayam kalau dierami selama dua puluh tiga hari menetas. Kenapa tidak dua puluh dua hari atau dua puluh tujuh hari hari. Kemudian guru menjawab, kalau dua puluh tujuh hari kelamaan, dan dua puluh hari kecepatan," katanya.
Sesampai di rumah, kata menteri, anak mendapati ibunya menggoreng kerupuk, kemudian dia mengambilnya, ketika digigit kerupuk panas terasa melempem, dan kerupuk dingin rasanya kriuk-kriuk.
"Apa yang dialami anak kemudian ditanyakan ke guru. Ibu guru, kenapa kerupuk panas terasa melempem, dan kerupuk dingin kriuk-kriuk. Apa jawaban guru? Itulah bedanya kerupuk dingin dan kerupuk panas," katanya.
Menurut menteri, bila model menjawab seperti itu, guru hanya menceritakan permukaan dari fenomene "scientific" dan anak tidak mendapatkan ilmu yang sejatinya.
"Kemampuan bertanya harus ditanamkan sejak dini untuk membangkitkan rasa kepenasaran intelektual," ungkapnya.
Kemampuan ketiga, kata menteri adalah menjawab fenomena-fenomena dengan kemampuan penalaran, di mana Unima sebagai pabrik guru harus menghasilkan guru yang mampu menggunakan penalaran, untuk seterusnya dilanjutkan kepada peserta didik.
Selanjutnya kata menteri, adalah kemampuan bereksperimen, dimana anak dibelajarkan melakukan ujicoba sendiri di laboratorium, tidak juga harus menggunakan laboratorum canggih, karena pendekatannya bisa gunakan tematik integratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar