DAFTAR BERITA

Senin, 01 Oktober 2012

Sarkozy Perintahkan Bunuh Gaddafi, Benarkah? (1)

Nicholas Sarkozy

REPUBLIKA.CO.ID, Satu fakta mengejutkan datang dari Libya. Dikatakan seorang agen rahasia asal Prancis telah membunuh pemimpin Libya Muammar Gaddafi atas perintah mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy.

"Pembunuh Gaddafi adalah seorang agen asing yang menyusup ke dalam brigade revolusioner," ujar Perdana Menteri interim Libya, Mahmoud Jibril, kepada Egyptian TV

Sumber diplomatik di Tripoli, Libya, mengatakan kepada koran Italia, Corriere della Serra, pembunuh asing tersebut berasal dari Prancis. Seorang sumber asal Tripoli mengatakan bahwa Sarkozy, presiden Prancis saat itu, memiliki alasan untuk membungkam Gaddafi secepat mungkin.

Juru bicara di Kementerian Luar Negeri Prancis menolak menyangkal maupun membenarkan klaim tersebut. Sejauh ini Sarkozy, yang kalah pada pemilihan presiden Mei lalu, terus menyangkal pernah menerima uang dari Gaddafi. Pandangan tersebut didukung oleh informasi yang dikumpulkan para investigator di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya sekaligus tempat dimulainya revolusiArab Spring melawan Gaddafi awal 2011 lalu.

Agen rahasia tersebut dikatakan menyusup ke dalam aksi kekerasan terhadap Gaddafi yang terjadi tahun lalu dan berhasil menembaknya di bagian kepala. Motif pembunuhan tersebut adalah menghindari keterkaitan Gaddafi dengan Sarkozy. 

Sarkozy, yang pernah bersahabat dengan Gaddafi dan menjulukinya sebagai 'saudara pemimpin' saat kunjungan sang diktator Libya ke Paris, disebut-sebut pernah menerima uang senilai miliaran saat kampanye presidennya pada tahun 2007.

"Sejak awal dukungan NATO untuk kelompok revolusi, yang didukung penuh oleh pemerintahan Nicolas Sarkozy, Gaddafi secara terang-terangan mengancam akan mengungkapkan rincian hubungannya dengan mantan presiden Prancis tersebut, termasuk terkait uang jutaan dolar yang dibayarkannya untuk membiayai pencalonan Sarkozy pada pemilu 2007," tulis Corriere della Serra.
Rami El Obeidi, mantan kepala hubungan internasional untuk dewan transisi Libya, mengatakan kepada Daily Mail bahwa dirinya mengetahui jika pemimpin Libya saat itu, Moamar Gaddafi telah dilacak melalui satelit telekomunikasinya saat ia berbicara dengan pemimpin Suriah, Bashar Al-Assad.

Menurutnya, Al Assad sengaja memberikan nomor telepon Gaddafi kepada pemerintah Prancis dengan harapan tekanan terhadap negaranya berkurang. "Dengan pertukaran informasi tersebut, Prancis memberikan janji untuk mengurangi tekanan politiknya kepada rezim Assad," kata mantan kepala intelijen asing pada pemberontakan yang melengserkan Gaddafi dari kekuasaan tersebut.

El Obeidi juga membenarkan bahwa pemerintah Prancis berperan sangat penting pada pembunuhan Gaddafi. Saat itu, kata dia, Prancis memberikan arahan kepada milisi Libya untuk menentukan lokasi Gaddafi sebelum akhirnya mereka berhasil menangkapnya di sebuah gorong-gorong di Sirte, Libya.

Intelijen Prancis mulai memonitor telepon satelit Gaddafi saat ia menelepon seorang loyalis seniornya, Yusuf Shakir dan Ahmed Jibril, seorang pemimpin milisi Palestina di Suriah. Dampaknya, intelijen Prancis bisa menentukan lokasi Gaddafi dan memonitor pergerakannya.

Meskipun saat itu intelijen Turki dan Inggris, termasuk Special Air Service (SAS), berada di Sirte, dan diinformasikan terkait rencana penyergapan Kaddafi, mereka tidak terlibat sama sekali di dalam operasi yang dinamai 'sebuah operasi eksklusif Prancis'. "Intelijen Prancis memainkan peranan penting terkait kematian Gaddafi, termasuk pembunuhannya," kata El Obeidi.

Laporan terbaru terkait kematian Gaddafi tersebut diperkirakan akan mempermalukan NATO, yang sejak awal menyatakan tidak menargetkan individu dalam operasi militernya ke Libya. Jet NATO memang merupakan yang pertama kalinya melakukan tembakan ke konvoi Gaddafi di Sirte dan membuat Gaddafi, yang berada dalam kondisi terluka, bersembunyi ke sebuah gorong-gorong bersama para pengawalnya.

Sebelumnya, Ben Omran Shaaban, pemuda berusia 22 tahun yang berada dalam kelompok penyerang Gaddafi, mengaku telah membunuh pemimpin Libya tersebut. Pemuda itu kemudian dilaporkan tewas di sebuah rumah sakit di Prancis pekan lalu. Ia sebelumnya dilaporkan dipukuli oleh para loyalis Gaddafi sebelum ditembak sebanyak dua kali.

Tidak ada komentar: