DAFTAR BERITA

Minggu, 21 Oktober 2012

Popularitas Ical belum memuaskan

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, menggendong anak salah satu warga permukiman buruh pelabuhan di kawasan Tugu Utara, Koja, Jakarta, Minggu, (14/10). Berbagai cara populis ditempuh dalam kaitan pancalonan menuju kursi kepresidenan periode mendatang. (FOTO ANTARA/Tomi Pratama)

Jakarta (ANTARA) - Survei Political Weather Station(PWS), upaya meningkatkan popularitas dan elektabilitas calon presiden dari Partai Golkar, Aburuzal Bakrie, hingga kini belum mencapai hasil yang memuaskan. 

Direktur Riset PWS, Marseden Marbun, menyebutkan, popularitas Ical di bawah Jusuf Kalla. Bahkan tokoh muda Partai Golkar, Priyo Budi Santoso merangkak naik mendekati seniornya.

"Berdasar survei yang dilakukan PWS terhadap tokoh-tokoh di Partai Golkar, elektabilitas (tingkat keterpilihan) Jusuf Kalla masih menempati posisi teratas dengan 22,14 persen. Aburizal menempati urutan kedua dengan 16,35 persen," kata Marbun.

Yang cukup mengagetkan adalah mencuatnya Priyo Budi Santoso ke posisi ketiga (12,24 persen). Priyo mengungguli seniornya di Partai Golkar seperti Akbar Tandjung (11,21 persen), Fadel Muhammad (9,81 persen), Agung Laksono (4,48 persen), Hajriyanto Tohari (0,46 persen), Sharif Cicip (0,09 persen). 

Adapun responden yang menjawab rahasia (4,39 persen) dan undecided (18,83 persen), dalam presentasi publiknya, di Jakarta, Minggu.

Survei yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia ini dilaksanakan pada 7 September hingga 7 Oktober 2012. Jumlah sample 1.070 responden, yang diperoleh melalui teknik pencuplikan secara berjenjang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan pedoman kuesioner.

Belum mampunya politikus yang biasa dipanggil Ical ini menaikkan elektabiltasnya disebabkan karena sejumlah isu yang terkait dengannya. Di antaranya, persoalan lumpur Lapindo, isu perusahaan Bakrie Group yang dikaitkan dengan persoalan pajak, konflik internal Partai Golkar maupun sentimen Jawa dan non Jawa.

Tingkat kesukaan responden terhadap Ical hanya 45,6 persen. Posisinya di bawah JK yang mencapai 70 persen dan Priyo (49,25 persen). Sementara tingkat kesukaan terhadap Akbar Tandjung (40,84 persen), Fadel Muhammad (35 persen), Agung Laksono (32,89 persen), Hajriyanto (23,64 persen) dan Syarif Cicip (19,71 persen).

Hal ini terlihat dari hasil monitoring terhadap pemberitaan di 12 surat kabar nasional, tujuh mediaonline dan 6 televisi. 

Surat kabar yang dimonitoring adalah Bisnis Indonesia, Republika, Indo Pos, Jurnas, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Sindo, Sinar Harapan, Suara Pembaharuan dan The Jakarta Post. Untuk online, yaitu antaranews.com, detik.com, inilah.com, kompas.com, okezone.com, tempo.co, dan vivanews.co.id. 

Sedang televisi yang dipantau adalah Metro TV, RCTI, SCTV, Trans TV, TV One, dan TVRI Pusat. "Pengumpulan data dilakukan 7 Oktober 2011 hingga 7 Oktober 2012," kata Marbun.

Hasil monitoring atas pemberitaan mereka terhadap Ical , hanya 45 persen yang positif. Sedang negatifnya (22 persen), netral (27 persen) dan positif-negatif (6 persen). Padahal pemberitaan positif Jusuf Kalla mencapai 73 persen, negative (5 persen), netral (16 persen) dan positif-negatif (6 persen).

Posisi pemberitaan terhadap Priyo Budi Santoso juga lebih baik dibandingkan Ical. Pemberitaan positif Priyo sebesar 52 persen, negatif (13 persen), netral (26 persen) dan positif-negatif (9 persen).

Menjelang Rakornas Partai Golkar, yang akan dilakukan 28 Oktober 2012, menurut dia, sebaiknya Golkar dan Ical segera mencari format yang tepat untuik menggaet pemilihnya. Pilihan strategis Icalwat serangan udara. "Karena Ical memiliki televisi," ungkapnya.

Peneliti Founding Father House, Dian Permata mengatakan, pernyataan yang sering diungkap Ical seringkali justru membuat elektabilitasnya turun. "Sewaktu ditanya pendapatnya tentang korban Lapindo yang jalan kaki, Beliau justru menjawab `capek dong`. Ini sama sekali tidak menunjukkan awareness dan menjatuhkan elektabilitasnya," kata Dian.

Dengan kepemilikan media, lanjut Dian, semestinya Ical bisa memanfaatkannya.

Dalam survei yang dilakukan PWS juga menunjukkan mulai naiknya elektabilitas figur tokoh muda Golkar, Priyo Budi Santoso. Politikus yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua DPR ini menyodok posisi ketiga dalam hal elektabilitas.

Mencuatnya Priyo, kata Marbun, karena tingkat popularitasnya juga tinggi. Ia menduduki posisi ketiga dengan 80,37 persen, di bawah Jusuf Kalla (95,88 persen) dan Ical (90,09 persen).

Tingkat kemunculan Priyo di media, kata Marbun, bahkan paling tinggi dibanding tokoh Golkar lainnya. Frekuensi kemunculan Priyo sebesar 242 kali, yang melebihi kemunculan Ical (207 kali) dan Jusuf Kalla (107 kali).

Secara umum bahkan posisi Priyo hanya di bawah Juru bicara KPK Johan Budi (1.711 kali) dan SBY (680 kali) dan Abraham Samad (606).

Tidak ada komentar: