Mo Yan |
INFO TABAGSEL.com- Penulis asal China, Mo Yan, meraih penghargaan Nobel bidang sastra tahun 2012.
Mo merupakan warga China pertama yang meraih penghargaan Nobel bidang sastra. Pria yang lahir di Gao Xingjian itu mendapat penghargaan tahun 2000, tapi sebagai warga Prancis.
Mo adalah peraih Nobel Sastra ke-109, penghargaan yang tahun lalu dimenangkan oleh pujangga Swedia, Tomas Transtroemer.
Penulis produktif berusia 57 tahun yang telah memublikasikan lusinan cerita pendek itu pertama menerbitkan karyanya tahun 1981.
The Swedish Academy memuji karyanya sebagai "cerita rakyat dengan gabungan halusinasi dan realisme, sejarah dan kontemporer."
"Dia memiliki gaya penulisan yang unik. Jika Anda baca pasti sudah tahu kalau itu karya dia," kata Kepala The Swedish Academy Peter Englund seperti dikutip BBC.
Mo mulai menulis saat menjadi tentara People Liberation Army (PLA) dan namanya mulai dikenal masyarakat internasional pada 1987 dengan novelnya yang berjudul "Red Sorghum: A Novel of China."
Novel yang difilmkan dan memenangkan penghargaan Golden Bear di Berlin Film Festival tahun 1988 itu berkisah tentang kekerasan yang terjadi di pedesaan bagian timur China dimana dia tumbuh sepanjang tahun 1920-an dan 1930-an.
Kebanyakan novel karya Mo lebih banyak berkisah tentang China pada masa lalu dengan latar masa revolusi 1911 dibanding isu-isu kontemporer, juga masa invasi Jepang dan Revolusi Budaya Mao Zedong.
"Dia punya karya yang sangat impresif," kata Professor sejarah China dari University of London Michel Hockx.
"Dia punya banyak pembaca dan dia menyampaikan kondisi manusia dengan cara yang disukai Komite Nobel," katanya.
Karya-karya Mo lain yang terkenal antara lain "Republic of Wine," "Life and Death Are Wearing Me Out" dan "Big Breast and Wide Hips."
Buku terakhirnya yang diterbitkan 1995 menimbulkan kontroversi karena mengandung muatan seksual dan menggambarkan perjuangan kelas melawan Partai Komunis China. Mo dipaksa menarik bukunya dari peredaran.
Buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris satu dekade kemudian dan membawa Mo menjadi nominasi penghargaan sastra Asia, Man Asian Literary Prize.
"Seorang penulis harus mengekspresikan kritik dan kemarahan di sisi gelap masyarakat dan wajah buruk sifat manusia," kata Mo saat berpidato di Frankfurt Book Fair tahun 2009.
"Beberapa mungkin ingin berteriak di jalan, tapi kita harus mentoleransi mereka yang bersembunyi di ruang mereka dan menggunakan tulisan untuk menyampaikan pendapat," katanya.
Novel terakhir Mo yang berjudul "Frog," yang bercerita tentang kebijakan pengendalian populasi China, memenangkan penghargaan Mao Dun Literature Prize - salah satu penghargaan sastra bergengsi di China- tahun lalu.
Mo dan penerima hadiah Nobel untuk pengobatan, fisika, kimia dan perdamaian akan menerima penghargaan dalam upacara formal di Stockholm dan Oslo tanggal 10 December - hari peringatan kematian penggagas Nobel, Alfred Nobel, tahun 1896.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar