Jenderal John Allen. (ISAF-NATO) |
Washington (ANTARA News/AFP) - Komandan tertinggi Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, Jenderal John Allen, mengatakan bahwa dirinya sangat marah atas serangkaian serangan oleh tentara Afghanistan terhadap pasukan Barat.
Namun, ia mengharapkan, pasukannya dapat melanjutkan tugas hingga AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengakhiri operasi tempur pada 2014.
"Saya marah sekali dengan apa yang terjadi pada mereka, saya harus jujur pada Anda," kata Allen kepada CBS dalam program "60 Minutes" yang akan dijadwalkan tayang pada Minggu.
"Kami bersedia berkorban banyak untuk operasi militer ini, namun kami tidak bersedia dibunuh untuk itu," ujarnya, berdasarkan kutipan dari wawancara yang dirilis oleh jaringan televisi CBS.
Ia mengemukakan, bagaimanapun "sebagian besar rakyat Afghanistan bersama dengan kami saat ini."
Pada Sabtu, seorang tentara NATO dan seorang kontraktor sipil tewas dalam sebuah serangan insider di kawasan timur Afghanistan, yang juga mengakibatkan jatuhnya korban tentara Afghanistan.
Jika dikonfirmasi itu adalah serangan insider, maka jumlah total pasukan NATO di Afghanistan (ISAF) yang tewas sebanyak 36 orang tahun ini menjadi 52, terhitung 15 persen dari semua korban koalisi dalam perang tersebut.
Serangan tersebut menimbulkan pertanyaan serius terhadap rencana NATO, yang berperan dalam membimbing dan melatih pasukan Afghanistan sebagai ganti pasukan Barat yang akan ditarik.
Awal bulan ini, ISAF mengumumkan pertimbangan kembali operasi bersama dengan mitra Afghanista menyusul kenaikan dramatis dalam serangan tersebut, yang mana tentara Afghanistan menggunakan senjata terhadap sekutu Barat mereka.
Allen mengatakan bahwa bom buatan sendiri telah menjadi senjata perang Irak, ia percaya bahwa di Afghanistan, "serangan yang mulai kita lihat akan menjadi serangan insider."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar