INFO PALUTA.com-Tangis memecah saat dua unit ambulans tiba di Jalan Gaperta Ujung
Gang Swasembada Estimasi Medan Kamis (28/6) sekitar pukul 21.40 WIB. Dua
jenazah, Isnaniah dan anaknya, Mayfa langsung dibopong dan disambut
seluruh anggota keluarga.
Sejak mendapat kabar mengenai kecelakaan tersebut, pihak keluarga sudah berkumpul di rumah duka menunggu kedatangan jenazah. Malam itu, sebagian keluarga terduduk di depan kedua jenazah yakni Isnaniah dan Mayfa yang ditutupi kain putih. Jelas terlihat duka mendalam atas kepergian ibu dan anak tersebut. Satu persatu keluarga berusaha melihat kedua jenazah yang terbujur kaku untuk terakhir kali.
Tak dapat menyembunyikan kesedihannya, Yusnidar salah satu keluarga korban pun menceritakan bahwa perubahan pada kedua korban jelas terlihat sekitar 17 hari lalu. Dimana saat itu, Yusnidar yang bekerja sebagai Pegawai di Dinas Perkebunan Padangsidimpuan ini berkunjung ke rumah Isnaniah di Jalan Multatuli Natal.
“Di Natal, Isnaniah dan anaknya Meyfa hanya tinggal berdua. Memang sudah hampir 1 tahun kami nggak jumpa. Ada perasaan rindu dengan mereka. Tapi setelah melihat mereka berdua, kok perasaan saya jadi nggak enak ya,” ujar Yusnidar adik dari Isnaniah.
Isnaniah yang biasanya banyak bicara, katanya, berubah menjadi pendiam. Bukan itu saja, wajah Ismaini juga terlihat agak menguning lain dari biasanya. “Saya sempat cerita dengan adik saya, kenapa ya, wajahnya Isnaniah jadi agak kuning. Hidungnya juga terlihat jadi lebih pesek. Nggak ada lagi semangat pada dirinya seperti biasa. Saya terus bertanya-tanya. Kenapa hati saya jadi takut, apalagi ketika ingin pulang ke Medan,” ungkapnya.
Begitu juga dengan Meyfa yang dulunya pendiam menjadi lebih periang. “Saya juga heran melihat Meyfa anak kakak saya ini. Kok anaknya agak lain ya. Karena biasanya nggak begitu banyak bicara. Tapi saat saya datang, dia lebih semangat gitu. Mereka berdua jadi seperti orang asing bagi saya. Sangat berbedalah dari biasanya,” tambahnya.
Namun, Yusnidar tidak begitu menanyakan perubahan tersebut. “Saya berpikir, semoga tidak terjadi apa-apa dan firasat buruk ini tidak menyadi kenyataan. Memang semua jadi terlihat asing bagi saya. Terlebih lagi melihat lantai rumah kakak saya ini ditutupi karpet plastik. Saat itu, saya masih berpikir yang baik-baik aja. Karena sudah habis masa tugas, saya kembali ke Medan,” urainya.
Menurutnya, Isnaniah bekerja sebagai pedagang baju dan perlengkapan sekolah di kawasan Natal. “Suami kakak saya (Isnaniah) juga telah meninggal sekitar 5 tahun lalu karena sakit gula dan dikebumikan di Medan. Mayfa sendiri bekerja sebagai guru honor di SMPN1 Natal. Sejak itu, kakak saya hanya tinggal berdua dengan anaknya Mayfa. Sedangkan anak yang satunya lagi telah menikah dan tinggal di Medan.
Sebelumnya, di tempat yang sama, Parlindungan Lubis (56), adik ipar Isnaniah, mengatakan kalau korban memang tinggal di Madina. Meski begitu, rumah di Gang Swasembada ini sejatinya milik korban. “Almarhumah itu memilih tinggal di rumah keduanya di Mandailing Natal karena dia mempunyai usaha jualan di Pasar Natal. Dia itu berjualan pakaian di Pasar Natal sudah 15 tahun lamanya,” bebernya.
Syaharuddin Lubis (53), adik ipar Isnaini yang ditemui di tempat yang sama, menjelaskan kalau kakak iparnya itu memang sering ke Medan. Setidaknya setiap dua pekan almarhuma pergi ke Medan belanja untuk keperluan belanja dagangannya. Namun terangnya, untuk kali ini, Isnaini pulang ke Medan juga untuk melihat abangnya Yamid (55), yang sedang sakit keras. Selain itu, juga ingin melihat cucunya.
Pihak keluarga, rencananya akan menguburkan jenazah keduanya di TPU Muslim, di Jalan Muktar Basri, hari ini. “Besok (hari ini, Red) rencananya pukul 07.00 WIB, almarhum dikebumikan di TPU Muktar Basri karena suami Isnaini juga dikebumikan disana dan agar makam keduanya berdekatan,” terangnya.
Kondisi Mei Nanur dan Sakti Awin memprihatinkan. Di ruang IGD di sekujur tubuh kedua anak ini mengalami luka-luka di bagian kepala, wajah dan tangan. Khususnya Sakti Awin mengalami patah tulang di bagian kaki sebelah kanan. Setelah mereka dirawat dan discaning oleh pihak rumah sakit, mereka pun di pindahkan ke kamar 321 Lantai 3 RS Vita Insani.
Salah seorang sanak keluarganya bernama Zulhairir (20) yang tinggal di Medan saat menemani kedua anak tersebut di RS Vita Insani mengatakan bahwa ia dapat kabar dari Mandailing Natal. Sebelumnya rencana kedua anak ini bersama Ibunya Fadianur hendak pergi ke Medan untuk liburan sekaligus ada acara keluarga.
Namun naas bagi mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Sehingga ibunya yang berada di dalam bis tersebut ikut tewas bersama 7 penumpang lainnya yang juga tewas. (Sumutpos)
Berita Terkait :
Nama-nama Korban Tewas Kecelakaan Taksi Kita di Prapat
Taksi Kita Dari Panyabungan Tujuan Medan Jatuh Ke Dalam Jurang
Sejak mendapat kabar mengenai kecelakaan tersebut, pihak keluarga sudah berkumpul di rumah duka menunggu kedatangan jenazah. Malam itu, sebagian keluarga terduduk di depan kedua jenazah yakni Isnaniah dan Mayfa yang ditutupi kain putih. Jelas terlihat duka mendalam atas kepergian ibu dan anak tersebut. Satu persatu keluarga berusaha melihat kedua jenazah yang terbujur kaku untuk terakhir kali.
Tak dapat menyembunyikan kesedihannya, Yusnidar salah satu keluarga korban pun menceritakan bahwa perubahan pada kedua korban jelas terlihat sekitar 17 hari lalu. Dimana saat itu, Yusnidar yang bekerja sebagai Pegawai di Dinas Perkebunan Padangsidimpuan ini berkunjung ke rumah Isnaniah di Jalan Multatuli Natal.
“Di Natal, Isnaniah dan anaknya Meyfa hanya tinggal berdua. Memang sudah hampir 1 tahun kami nggak jumpa. Ada perasaan rindu dengan mereka. Tapi setelah melihat mereka berdua, kok perasaan saya jadi nggak enak ya,” ujar Yusnidar adik dari Isnaniah.
Isnaniah yang biasanya banyak bicara, katanya, berubah menjadi pendiam. Bukan itu saja, wajah Ismaini juga terlihat agak menguning lain dari biasanya. “Saya sempat cerita dengan adik saya, kenapa ya, wajahnya Isnaniah jadi agak kuning. Hidungnya juga terlihat jadi lebih pesek. Nggak ada lagi semangat pada dirinya seperti biasa. Saya terus bertanya-tanya. Kenapa hati saya jadi takut, apalagi ketika ingin pulang ke Medan,” ungkapnya.
Begitu juga dengan Meyfa yang dulunya pendiam menjadi lebih periang. “Saya juga heran melihat Meyfa anak kakak saya ini. Kok anaknya agak lain ya. Karena biasanya nggak begitu banyak bicara. Tapi saat saya datang, dia lebih semangat gitu. Mereka berdua jadi seperti orang asing bagi saya. Sangat berbedalah dari biasanya,” tambahnya.
Namun, Yusnidar tidak begitu menanyakan perubahan tersebut. “Saya berpikir, semoga tidak terjadi apa-apa dan firasat buruk ini tidak menyadi kenyataan. Memang semua jadi terlihat asing bagi saya. Terlebih lagi melihat lantai rumah kakak saya ini ditutupi karpet plastik. Saat itu, saya masih berpikir yang baik-baik aja. Karena sudah habis masa tugas, saya kembali ke Medan,” urainya.
Menurutnya, Isnaniah bekerja sebagai pedagang baju dan perlengkapan sekolah di kawasan Natal. “Suami kakak saya (Isnaniah) juga telah meninggal sekitar 5 tahun lalu karena sakit gula dan dikebumikan di Medan. Mayfa sendiri bekerja sebagai guru honor di SMPN1 Natal. Sejak itu, kakak saya hanya tinggal berdua dengan anaknya Mayfa. Sedangkan anak yang satunya lagi telah menikah dan tinggal di Medan.
Sebelumnya, di tempat yang sama, Parlindungan Lubis (56), adik ipar Isnaniah, mengatakan kalau korban memang tinggal di Madina. Meski begitu, rumah di Gang Swasembada ini sejatinya milik korban. “Almarhumah itu memilih tinggal di rumah keduanya di Mandailing Natal karena dia mempunyai usaha jualan di Pasar Natal. Dia itu berjualan pakaian di Pasar Natal sudah 15 tahun lamanya,” bebernya.
Syaharuddin Lubis (53), adik ipar Isnaini yang ditemui di tempat yang sama, menjelaskan kalau kakak iparnya itu memang sering ke Medan. Setidaknya setiap dua pekan almarhuma pergi ke Medan belanja untuk keperluan belanja dagangannya. Namun terangnya, untuk kali ini, Isnaini pulang ke Medan juga untuk melihat abangnya Yamid (55), yang sedang sakit keras. Selain itu, juga ingin melihat cucunya.
Pihak keluarga, rencananya akan menguburkan jenazah keduanya di TPU Muslim, di Jalan Muktar Basri, hari ini. “Besok (hari ini, Red) rencananya pukul 07.00 WIB, almarhum dikebumikan di TPU Muktar Basri karena suami Isnaini juga dikebumikan disana dan agar makam keduanya berdekatan,” terangnya.
Kakak Beradik Selamat, tapi sang Ibu Tidak
Sementar itu, dua dari tiga korban selamat adalah kakak beradik. Mereka adalah Mei Nanur (10) dan Sakti Awin (5). Keduanya dirawat di RS Vita Insani Pematangsiantar.Kondisi Mei Nanur dan Sakti Awin memprihatinkan. Di ruang IGD di sekujur tubuh kedua anak ini mengalami luka-luka di bagian kepala, wajah dan tangan. Khususnya Sakti Awin mengalami patah tulang di bagian kaki sebelah kanan. Setelah mereka dirawat dan discaning oleh pihak rumah sakit, mereka pun di pindahkan ke kamar 321 Lantai 3 RS Vita Insani.
Salah seorang sanak keluarganya bernama Zulhairir (20) yang tinggal di Medan saat menemani kedua anak tersebut di RS Vita Insani mengatakan bahwa ia dapat kabar dari Mandailing Natal. Sebelumnya rencana kedua anak ini bersama Ibunya Fadianur hendak pergi ke Medan untuk liburan sekaligus ada acara keluarga.
Namun naas bagi mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Sehingga ibunya yang berada di dalam bis tersebut ikut tewas bersama 7 penumpang lainnya yang juga tewas. (Sumutpos)
Berita Terkait :
Nama-nama Korban Tewas Kecelakaan Taksi Kita di Prapat
Taksi Kita Dari Panyabungan Tujuan Medan Jatuh Ke Dalam Jurang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar