INFO TABAGSEL.com-Memprihatinkan
adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan amat sederhana
yang dilakoni Sartin Siregar. Lansia warga Desa Janji Mauli, Kecamatan
Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, itu hidup di sebuah
kandang ayam yang tak laik untuk dihuni.
Profesi sebagai tukang pijit keliling sepertinya membawa ia ke kubangan kemiskinan yang mendalam. Wanita berusia 58 tahun itu, kini hidup sebatang kara, dan hanya mengandalkan kemampuan tangannya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Sartin berkeliling desa untuk mencari warga yang mau dipijat olehnya. Hal itu dilakukannya demi menyambung hidup, dan membeli seliter beras untuk dimakan.
Ia pun mengaku terbiasa hidup serbasusah. Setiap hari, ia mengaku kerap makan sepiring nasi hanya dengan lauk garam. Getir memang, namun apa daya, bertemu nasi sepiring saja setiap hari ia sudah bersyukur.
Keadaan semakin pahit setelah dia tak masuk daftar Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang digelontorkan Pemerintah sebagai dana kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Saya sudah berulang kali datang ke aparat desa di sini agar ada nama saya, tetapi tidak ada hasil," ungkap wanita yang sudah empat tahun hidup di kandang ayam ini.
Ia menyatakan, apakah hidupnya yang sudah sesulit ini tidak masuk kategori warga yang wajib mendapatkan PSKS.
Profesi sebagai tukang pijit keliling sepertinya membawa ia ke kubangan kemiskinan yang mendalam. Wanita berusia 58 tahun itu, kini hidup sebatang kara, dan hanya mengandalkan kemampuan tangannya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Sartin berkeliling desa untuk mencari warga yang mau dipijat olehnya. Hal itu dilakukannya demi menyambung hidup, dan membeli seliter beras untuk dimakan.
Ia pun mengaku terbiasa hidup serbasusah. Setiap hari, ia mengaku kerap makan sepiring nasi hanya dengan lauk garam. Getir memang, namun apa daya, bertemu nasi sepiring saja setiap hari ia sudah bersyukur.
Keadaan semakin pahit setelah dia tak masuk daftar Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang digelontorkan Pemerintah sebagai dana kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Saya sudah berulang kali datang ke aparat desa di sini agar ada nama saya, tetapi tidak ada hasil," ungkap wanita yang sudah empat tahun hidup di kandang ayam ini.
Ia menyatakan, apakah hidupnya yang sudah sesulit ini tidak masuk kategori warga yang wajib mendapatkan PSKS.
Yang pasti, wanita yang
sudah delapan tahun hidup sebatang kara ini menaruh harapan besar kepada
pemerintah agar mendapatkan dana "sakti" itu untuk menambah ongkos
hidupnya sehari-hari.(tvOne)