INFO TABAGSEL.com- Pascakenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), gas elpiji ukuran 3 Kg menghilang di sejumlah distributor di Kota Padangsidimpuan. Pantauan Jumat (19/12), para distributor elpiji hanya melayani tabung berukuran 12 kg karena persediaan berukuran 3 kg habis.
“Persedian gas elpiji kita hanya tersisa tabung berukuran 12 kg, “ ujar Cindy, seorang pekerja toko di Kota P. Sidimpuan.
Cindy mengatakan, pihaknya sudah memesan gas 3 kg ke kantor pusat namun hingga saat ini belum juga datang. “Sudah tiga pekan kiriman gas berukuran 3 kg tidak datang, mungkin akibat keterbatasan persedian di kantor pusat,“ katanya sembari menyebut untuk gas berukuran 12 kg tidak ada masalah.
Aeorang warga Sihitang kecamatan P. Sidimpuan Tenggara Ikhwan Nasution mengaku, harus beralih ke kayu bakar akibat langkanya elpiji 3 kg tersebut. “ Sudah sebulan saya memakai kayu bakar untuk memasak akibat hilangnya gas berukuran 3 kg,“ ungkapnya.
Disinggung mengapa tidak beralih ke gas berukuran 12 Kg Ikhwan mengaku tidak sanggup beli karena harganya mencapai 125 ribu. “Bagaimana mungkin saya beralih ke gas berukuran 12 Kg, sementara usaha saya hanya kecil-kecilan,“ ujar Ikhwan yang sehari-harinya berjualan gorengan.
Hal senada dikatakan Kodir Pohan warga Silayang-Silayang yang berharap, agar pemerintah segera mengatasi kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg ini. “Pemerintah harusnya bergerak cepat, jangan setelah usaha masyarakat tutup baru bergerak, itu sama saja membunuh kami secara berlahan-lahan, “ katanya.
Terpisah, Pengamat Ekonomi P. Sidimpuan Mohot Lubis menilai, hilangnya gas elpiji 3 kg itu bukti ketidaksiapan pemerintah pusat dalam mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM. “Ini bukti pemerintah pusat, hanya mampu membuat kebijakan tanpa memikirkan efek negatifnya kepada masyarakat,“ cetusnya.
Harusnya, kata Mohot, sebuah kebijakan harus diimbangi dengan pengawasan tinggi hingga tidak malah menyusahkan rakyat. “Pelajari dulu benar-benar, baru mengeluarkan kebijakan, dengan demikian dampaknya akan lebih mamapu diminimalisir, “ terangnya.
Diharapkannya, pemerintah dapat segera mengatasi hilangnya gas elpiji 3 kg di Kota P. Sidimpuan agar tidak semakin banyak dan lama masyarakat menderita. (Analisa)
“Persedian gas elpiji kita hanya tersisa tabung berukuran 12 kg, “ ujar Cindy, seorang pekerja toko di Kota P. Sidimpuan.
Cindy mengatakan, pihaknya sudah memesan gas 3 kg ke kantor pusat namun hingga saat ini belum juga datang. “Sudah tiga pekan kiriman gas berukuran 3 kg tidak datang, mungkin akibat keterbatasan persedian di kantor pusat,“ katanya sembari menyebut untuk gas berukuran 12 kg tidak ada masalah.
Aeorang warga Sihitang kecamatan P. Sidimpuan Tenggara Ikhwan Nasution mengaku, harus beralih ke kayu bakar akibat langkanya elpiji 3 kg tersebut. “ Sudah sebulan saya memakai kayu bakar untuk memasak akibat hilangnya gas berukuran 3 kg,“ ungkapnya.
Disinggung mengapa tidak beralih ke gas berukuran 12 Kg Ikhwan mengaku tidak sanggup beli karena harganya mencapai 125 ribu. “Bagaimana mungkin saya beralih ke gas berukuran 12 Kg, sementara usaha saya hanya kecil-kecilan,“ ujar Ikhwan yang sehari-harinya berjualan gorengan.
Hal senada dikatakan Kodir Pohan warga Silayang-Silayang yang berharap, agar pemerintah segera mengatasi kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg ini. “Pemerintah harusnya bergerak cepat, jangan setelah usaha masyarakat tutup baru bergerak, itu sama saja membunuh kami secara berlahan-lahan, “ katanya.
Terpisah, Pengamat Ekonomi P. Sidimpuan Mohot Lubis menilai, hilangnya gas elpiji 3 kg itu bukti ketidaksiapan pemerintah pusat dalam mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM. “Ini bukti pemerintah pusat, hanya mampu membuat kebijakan tanpa memikirkan efek negatifnya kepada masyarakat,“ cetusnya.
Harusnya, kata Mohot, sebuah kebijakan harus diimbangi dengan pengawasan tinggi hingga tidak malah menyusahkan rakyat. “Pelajari dulu benar-benar, baru mengeluarkan kebijakan, dengan demikian dampaknya akan lebih mamapu diminimalisir, “ terangnya.
Diharapkannya, pemerintah dapat segera mengatasi hilangnya gas elpiji 3 kg di Kota P. Sidimpuan agar tidak semakin banyak dan lama masyarakat menderita. (Analisa)