DAFTAR BERITA

Selasa, 16 Juli 2013

Presiden Ajak Pers Ubah Pola Pikir Masyarakat



INFO TABAGSEL.com-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para wartawan untuk mengubah pola pikir masyarakat menuju pola pikir demokrasi, dan meninggalkan cara pandang otoritarian.

"Apa yang diingini masyarakat, negara dan pemerintahan berperan seperti polisi, seperti petugas trantib (ketenteraman dan ketertiban). Kalau ada apa-apa tangani langsung, keluarkan aturan yang tegas, jangan ini jangan itu supaya tertib semuanya," ungkap Presiden SBY pada acara silaturahmi dan buka puasa bersama pimpinan lembaga pers, pemimpin redaksi, serta wartawan Istana, di Istana Negara, Selasa (16/7) petang.


Selain Ibu Negara Hj Ani Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, acara ini juga dihadiri sejumlah menteri, pemimpin lembaga negara, pimpinan lembaga pemberitaan, dan para wartawan.


Bila masyarakat menginginkan itu, menurut  Presiden, berarti masyarakat menginginkan kembalinya model pemerintahan otoritarian, termasuk dalam menangani konflik komunal dan kekerasan atas nama agama.


"Apakah akan begitu selamanya negeri ini?" kembali Presiden bertanya.


Negara dan pemerintah, kata Presiden, tidak boleh melakukan peran seperti itu, karena kehidupan masyarakat kehidupan bangsa harus berjalan sesuai nilai-nilai dan budaya yang baik sehingga melahirkan
good and responsible society.

Kepada masyarakat, Presiden berpesan agar tidak meminta negara dan pemerintah selalu menangani dan menyelesaikan persoalan apapun dengan cara-cara yang justru memandulkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.


"Saya merasakan karena saya menerima jutaan SMS sejak tahun 2005, karena saya sekarang masuk dunia Twitter dan Facebook, karena saya juga mendengar apa yang ada di kalangan masyarakat luas," kata Presiden SBY.


Presiden SBY kemudian memberi contoh bunyhi SMS yang masuk kepadanya. "Pak SBY Anda harus begini.... Pak SBY Anda harus begitu. (masyarakat dapat menyimak SMS di 9949. kepada Presiden melalui
SMS Rakyat di www.setkab.go.id).

"Saya melihat sebagian dari kita
mindsetnya, paradigmanya masih paradigma bahwa saya seorang presiden yang memimpin pemerintahan di era otoritarian, bukan di era demokrasi. Mereka menggambarkan seorang presiden bisa berbuat apa saja. Mereka menggambarkan kekuasaan negara begitu besarnya, dan mengabaikan kaidah-kaidah demokrasi," kata Presiden.

Presiden menegaskan bahwa tata pemerintahan yang berlaku sekarang ini sebagai buah reformasi. "Limabelas tahun sudah kita lewati, 15 tahun ke depan mau seperti apa hubungan antara negara, pemerintah dan masyarakat. Kita bisa belajar ke Amrika, Eropa, ke China, tapi toh akhirnya kita harus memilih seperti apa model hubungan yang patut kita jalankan di negeri ini," tegas Presiden SBY.


Reformasi dan transformasi, Presiden mengingatkan, harus dipahami sebagai suatu proses dan bukan sesuatu pekerjaan  sekali jadi. "Kita patut bersyukur bahwa bangsa ini terus melakukan  reformasi yang merupakan perubahan besar dan transformasi atau pembaharuan. Tidak terhenti dan patah ditengah jalan. Insya Allah dengan pertolongan Allah SWT, Indonesia akan jauh lebih baik dimasa depan," ujar Presiden SBY.


Semua itu, kata Presiden, bukan angin surga, bukan menina bobokan, tapi suatu kenyataan yang akan terjadi. "Kalau pers dan media massa selama 15 tahun kedepan ini tidak ada liputan
good news sama sekali, dan hanya memberitakan bad news semata, maka bagaimana rakyat bisa percaya pada dirinya sendiri,” papar Presiden SBY.

Menutup sambutannya, Presiden seolah menjawab pertanyaan “Pak SBY tahun 2014 bagaimana?” Yang dijawab langsung oleh Presiden SBY, “percayakan pada pemimpin kita yang baru nanti. yang penting yang sudah dicapai, yang baik-baik tolong dijaga, yang belum baik diperbaiki."
(WID/ES)

Tidak ada komentar: