INFO TABAGSEL.com-Setidaknya 29 gajah Sumatra mati dibunuh tahun lalu, mengindikasikan semakin gentingnya upaya penyelamatan terhadap binatang yang terancam punah tersebut.
Laporan WWF Indonesia menyebutkan kurang dari satu dekade terakhir, ada 129 gajah yang dibunuh di Sumatra, terutama di provinsi Riau. Sebanyak 59% kematian diakibatkan diracun, 13% diduga diracun, dan 5% lainnya dibunuh dengan menggunakan senjata api.
Sebelumnya, seperti dikutip AP, International Union for Conservation of Nature memasukan spesies ini sebagai binatang yang terancam punah setelah populasinya pada 1985 lalu turun dari 5.000 menjadi sekitar 2.400 hingga 2.800.
"Kondisinya sangat kritis. Sekitar satu setengah tahun lalu, populasi menurun jauh, dan sekarang kondisinya tidak membaik. Di Riau saja ada 129 gajah mati tidak wajar akibat racun, konflik dengan warga, dan perburuan untuk gading," kata Sunarto, Tiger and Elephant Specialist, WWF-Indonesia, kepada Wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.
"Dilihat dari persentase ini kasus pembunuhan gajah yang terbesar di dunia. Karena dari total populasi 2.000, ada 100 kematian, itupun di Riau saja yang populasi gajahnya sekitar 300."
Selain disebabkan praktek perdagangan gading gelap, banyak gajah juga dibunuh akibat konflik dengan warga. Hal ini diperburuk dengan adanya tren membuka lahan perkebunan di habitat gajah.
Kebetulan, yang banyak ditanam di Riau adalah sawit, tanaman yang juga disukai oleh gajah. "Ini adalah resep sempurna untuk terjadinya konflik. Gajah memakan sawit dan petani marah. Padahal tempat itu aslinya merupakan habitat gajah," sambung Sunarto.
Masih wajar
"Yang ketauan bersalah di proses kok, kita tidak diamkan. Kita juga tidak pernah membiarkan pemburuan gading, kalau ketahuan pasti kita tutup operasinya dan kita buru pelakunya."
Novianto Bambang
Belum ada satu pun orang divonis bersalah ataupun dipenjara terkait dengan pembunuhan gajah tersebut.
Pemerintah didesak untuk segera mengatasi masalah ini dengan mengatur kembali tata ruang dan pro aktif memberikan perlindungan bagi spesies ini.
"Saat ini kami berupaya untuk memonitor pergerakan gajah sehingga kita bisa tahu kedatangan gajah sebelum petani, sehingga pembunuhan bisa dihindari, kami berharap pemerintah juga ikut bergerak," sambung Sunarto.
Menanggapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kemenhut, Sonny Partono, mengatakan pihaknya telah melakukan upaya konservasi dan penegakan hukum terkait pelaku yang terbukti membunuh hewan yang terancam punah itu.
Dia mengatakan saat ini populasi gajah Sumatra sebetulnya masih dalam batas kewajaran atau jauh dari ancaman kepunahan. "Kepunahan itu belum, bahkan kita punya target naikan populasinya 3% dalam waktu lima tahun nantinya," katanya.
Senada, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Novianto Bambang mengatakan ada sudah ada beberapa orang yang ditangkap dan perusahaan sawit yang diberi peringatan mengenai kasus tersebut.
"Yang ketahuan bersalah di proses kok, kita tidak diamkan. Kita juga tidak pernah membiarkan pemburuan gading, kalau ketahuan pasti kita tutup operasinya dan kita buru pelakunya."
Laporan WWF Indonesia menyebutkan kurang dari satu dekade terakhir, ada 129 gajah yang dibunuh di Sumatra, terutama di provinsi Riau. Sebanyak 59% kematian diakibatkan diracun, 13% diduga diracun, dan 5% lainnya dibunuh dengan menggunakan senjata api.
Sebelumnya, seperti dikutip AP, International Union for Conservation of Nature memasukan spesies ini sebagai binatang yang terancam punah setelah populasinya pada 1985 lalu turun dari 5.000 menjadi sekitar 2.400 hingga 2.800.
"Kondisinya sangat kritis. Sekitar satu setengah tahun lalu, populasi menurun jauh, dan sekarang kondisinya tidak membaik. Di Riau saja ada 129 gajah mati tidak wajar akibat racun, konflik dengan warga, dan perburuan untuk gading," kata Sunarto, Tiger and Elephant Specialist, WWF-Indonesia, kepada Wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.
"Dilihat dari persentase ini kasus pembunuhan gajah yang terbesar di dunia. Karena dari total populasi 2.000, ada 100 kematian, itupun di Riau saja yang populasi gajahnya sekitar 300."
Selain disebabkan praktek perdagangan gading gelap, banyak gajah juga dibunuh akibat konflik dengan warga. Hal ini diperburuk dengan adanya tren membuka lahan perkebunan di habitat gajah.
Kebetulan, yang banyak ditanam di Riau adalah sawit, tanaman yang juga disukai oleh gajah. "Ini adalah resep sempurna untuk terjadinya konflik. Gajah memakan sawit dan petani marah. Padahal tempat itu aslinya merupakan habitat gajah," sambung Sunarto.
Masih wajar
"Yang ketauan bersalah di proses kok, kita tidak diamkan. Kita juga tidak pernah membiarkan pemburuan gading, kalau ketahuan pasti kita tutup operasinya dan kita buru pelakunya."
Novianto Bambang
Belum ada satu pun orang divonis bersalah ataupun dipenjara terkait dengan pembunuhan gajah tersebut.
Pemerintah didesak untuk segera mengatasi masalah ini dengan mengatur kembali tata ruang dan pro aktif memberikan perlindungan bagi spesies ini.
"Saat ini kami berupaya untuk memonitor pergerakan gajah sehingga kita bisa tahu kedatangan gajah sebelum petani, sehingga pembunuhan bisa dihindari, kami berharap pemerintah juga ikut bergerak," sambung Sunarto.
Menanggapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kemenhut, Sonny Partono, mengatakan pihaknya telah melakukan upaya konservasi dan penegakan hukum terkait pelaku yang terbukti membunuh hewan yang terancam punah itu.
Dia mengatakan saat ini populasi gajah Sumatra sebetulnya masih dalam batas kewajaran atau jauh dari ancaman kepunahan. "Kepunahan itu belum, bahkan kita punya target naikan populasinya 3% dalam waktu lima tahun nantinya," katanya.
Senada, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Novianto Bambang mengatakan ada sudah ada beberapa orang yang ditangkap dan perusahaan sawit yang diberi peringatan mengenai kasus tersebut.
"Yang ketahuan bersalah di proses kok, kita tidak diamkan. Kita juga tidak pernah membiarkan pemburuan gading, kalau ketahuan pasti kita tutup operasinya dan kita buru pelakunya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar