Penabrak maut,Rasyid Amrullah Rajasa (kanan). Foto: INFO TABAGSEL.com/Rusman Siregar |
Kecelakaan BMW seri X5 dengan mobil 'omprengan' yang berisi 10 penumpang terjadi di ruas tol Jagorawi KM 3+500 sekitar pukul 05.45 WIB. Dua penumpang Luxio tewas dan tiga lainnya luka-luka.
Sebelum menteri yang juga Ketua Umum PAN itu menggelar keterangan pers malam tadi, terlihat ada sejumlah kejanggalan pasca-tabrakan maut terjadi. Kejanggalan itu terlihat dari cara polisi membeber penanganan kasus ini serta penanganan yang dilakukan di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Apa saja kejanggalan itu:
1. Diminta Berdamai
Adalah Ifan, menantu korban tewas Harun (57). Ifan mengaku didatangi empat anggota polisi berseragam. Empat anggota polisi itu meminta keluarga mau berdamai agar kasus kecelakaan ini tidak sampai ke meja hukum. Polisi itu, kata Ifan, meminta agar jasad korban segera dibawa pulang ke rumah dan meninggalkan RS Polri.
2. Diminta segera tinggalkan rumah sakit
Ifan tidak hanya diminta untuk berdamai dengan si penabrak, tapi juga diminta segera meninggalkan rumah sakit. "Pas datang jam 4, polisi nyamperin. Korban suruh dibawa cepat supaya cepat selesai. Semua biaya akan ditanggung pihak penabrak, dia ajak damai. Dia pakai seragam," ujar Ifan di RS Polri kemarin.
3. Rasyid dan BMW maut disembunyikan
Kepala Sub Dit Penegakan Hukum Direktorat lalu Lintas Polda Metro Jaya, AKBP Sudarmanto menegaskan bahwa polisi tidak membedakan kasus ini dengan yang lain. Tetapi Rasyid enggan menyebut di mana posisi Rasyid. Ini berbeda dengan kasus kecelakaan Grand Livina maut yang menewaskan dua orang. Sopir Livina itu, Andhika Pradipta, diketahui menjalani perawatan di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Alasan Sudarmanto tidak menyampaikan posisi Rasyid berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menyatakan. Tidak hanya itu, posisi BMW X5 dengan nomor polisi B 272 HR juga tidak diketahui.
4. Keluarga korban bungkam
Awalnya keluarga salah satu korban tewas, Raihan (14 bulan) berkenan memberikan informasi kepada wartawan di RS Polri. Tak lama kemudian datang dua orang berbadan tegap menghampiri keluarga Raihan. Setelah keluarga bertemua dua pria tadi, tiba-tiba sikapnya berubah kepada wartawan. Mereka langsung menolak memberikan keterangan kepada wartawan. Mereka bungkam. "Saya tidak tahu, saya tidak tahu," kata Enung, ibu dari Raihan di RS Polri kemarin.
5. Wartawan sempat dihalangi
Sejumlah jurnalis yang mendatangi RS Polri untuk mendapat informasi dari korban tewas mendapat halangan. Ada pria berbadan tegap yang meminta wartawan untuk menghentikan proses pencarian berita. Orang itu menghalang-halangi wartawan untuk mendapatkan informasi.
6. Jasad korban tiba-tiba akan diambil
Sekitar pukul 17.30 WIB, ada seorang pria membawa map merah ke bagian administrasi RS Polri. Pria itu mengatakan ingin mengambil jenazah salah satu korban tewas, Raihan yang masih berusia 14 bulan. Tetapi ditolak rumah sakit, karena tidak ada surat resmi bahwa dia anggota keluarga Raihan. Lalu pria misterius itu pergi meninggalkan bagian administrasi RS Polri.
7. Batal Autopsi
Awalnya keluarga menginginkan jasad Harun diautopsi, untuk mencari tahu penyebab meninggalnya korban. Keponakan korban, Didi hanya menjawab tidak tahu alasan pembatalan autopsi. Setelah mengajukan pembatalan autopsi, sekitar 30 menit kemudian jenazah dibawa ke rumah duka di Jembatan Besi, Jakarta Barat. Sampai akhirnya pukul 8 malam jasad sudah dibawa pulang.
Sumber: Liputan6.com
2 komentar:
Kasus ini mendapatkan sorotan publik, karena tersangkanya adalah Hatta Rajasa, petinggi negeri ini. Polri harus independen, pemerintah tak boleh campur tangan. Biarlah ini menjadi pelajaran khususnya untuk anak-anak pejabat agar lebih berhati-hati dalam berperilaku. Karena semuanya sama diperlakukan atas nama hukum.
pelajaran bagi kita semua agar berhati-hati dalam berkendara. Apapun kita, semua sama dalam hukum. Karena anak hata rajasa ini telah dtetapkan sebagai tersangka.
Posting Komentar