Kantor Camat Batangtoru dan Mapolsek Batangtoru dibakar massa yang sedang melakukan blokade Jalan Lintas Batangtoru, Tapsel, Sumatera Utara, Selasa (31/10/2012).Tribun Medan/Arifin Al Alamudi |
INFO TABAGSEL.com-Sekitar 111.000 hektar kawasan hutan Batangtoru yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, diusulkan menjadi hutan lindung. Selama ini, kawasan masih berstatus hutan produksi dan area penggunaan lain.
Hutan Batangtoru yang keadaannya masih baik itu menyimpan keanekaragaman hayati tinggi, termasuk satwa langka seperti harimau, orangutan, beruang madu, kucing batu, dan tapir.
Hutan menyimpan berbagai flora seperti Rafflesia gadutensis dan beraneka macam anggrek. Hutan juga menjadi penyangga 10 daerah aliran sungai termasuk DAS Sipansipahoras yang menjadi sumber PLTA Sipansipahoras. Air sungai dari DAS yang berhulu di Batangtoru menjadi sumber penghidupan masyarakat.
Anggota DPRD Sumatera Utara Parlidungan Purba mengatakan, dari 132,2 hektar kawasan hutan di Batangtoru, hanya 18,5 persen yang dilindungi. Sisanya sekitar 111.000 hektar bisa dieksploitasi. "Kami merekomendasikan agar rencana tata ruang wilayah tentang kawasan DAS Batangtoru dijadikan kawasan lindung," kata Parlindungan.
Parlindungan mengatakan, nilai emisi karbon Batangtoru bahkan lebih dari 10.000 dolar AS selama 25 tahun. "Di kawasan Batangtoru tidak ada sawit, sehingga perbandingan manfaat nilai karbon masih lebih baik daripada manfaat penggunaan lahan non hutan saat ini," kata Parlindungan dalam dialog tetang penyelamatan Hutan Batangtoru hari Kamis (6/12/2012).
Kajian Yayasan Ekosistem Lestari berdasarkan kriteria penentuan hutan lindung sesuai SK Mentan nomor 847/1980 menunjukkan sebagian besar Kawasan Hutan Batangtoru yang diperuntukkan untuk hutan produksi dan area penggunaan lain seharusnya sejak awal ditetapkan sebagai hutan lindung.
Sebagai contoh, 71 persen kawasan hutan adalah kawasan peka erosi atau berbentuk tebing. Hutan menyimpan aneka satwa langka, 265 jenis burung yang 59 diantaranya langka dan khas Sumatera. Sekitar 1.000 ekor orangutan atau 15 persen dari 6.600 yang tersisa di dunia hidup di hutan Batangtoru.
Hutan menjadi sumber air warga. Meskipun kondisinya terjaga baik, namun telah ada perusahaan HPH yang beroperasi di kawasan itu, yakni PT Teluk Nauli seluas 30.500 hektar. Perusahaan membuka jalanlogging sepanjang 33 kilometer yang menyebabkan pembalakan liar tak terkontrol.
Parlindungan bahkan merekomendasikan peninjauan dan pencabutan ijin HPH PT Teluk Nauli.
(Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar