DAFTAR BERITA

Minggu, 14 September 2014

Hampir Sebulan, Elpiji 3 Kg Langka di Paluta

INFO TABAGSEL.comWarga yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara mengeluhkan langkanya gas elpiji ukuran 3 kilogram. Kelangkaan terjadi sejak akhir Agustus lalu. Kelangkaan ini ditengarai disebabkan pengurangan jatah oleh Pertamina.

"Makin susah dapatkan gas elpiji ukuran 3 kilogram sekarang, ditanya alasannya, mereka malah tak tahu apa alasannya kenapa bisa langka," ujar Imam Ritonga (36), salah seorang warga Gunung Tua , Sabtu (13/9).

Biasanya, kata Imam, untuk memproleh gas elpiji, dirinya mendatangi agen resmi CV Cahaya Makmur yang berada di Jalan SM Raja, Gunung Tua, Kecamatan Padang Bolak. Namun belakangan ini, menurut keterangan dari pihak CV Cahaya Makmur, selaku rekanan dari Pertamina, jatah gas elpiji untuk daerah Paluta dikurangi untuk waktu yang tak bisa ditentukan.

Pantauan Metro Tabagsel (Grup JPNN) saat berkunjung ke CV Cahaya Makmur, terlihat stok gas elpiji ukuran 3 kilogram tiap minggunya berkurang. Di saat pasokan gas dalam keadaan normal, biasanya pihak CV Cahaya Makmur memperoleh jatah gas sebanyak 1.120 tabung per hari, diluar hari minggu. Namun untuk bulan September hanya menerima 8.400 tabung.

Pemilik agen resmi CV Cahaya Makmur H Ali Hasanuddin Harahap (60) mengaku saat ini untuk daerah Paluta, jatah gas elpiji berkurang dari biasanya, dulunya memproleh 1.120 tabung per hari, kini hanya 8.400 tabung per bulan.

"Biasanya selalu pesan 1.120 tabung per hari tapi kini yang datang jumlahnya tak menentu, jatah kami memang lagi dikurangi," kata H Ali Hasanuddin Harahap di pangkalannya.

Dia juga menuturkan bahwa harga resmi gas elpiji ke tingkat pengecer Rp14.500 per tabung dan pasca berkurangnya stok gas ukuran 3 kilogram, pihaknya pun mengurangi jatah ke tingkat pengecer. Misalnya untuk satu pengecer biasanya dikasih jatah 50 tabung, kini hanya diberi 20 tabung.

Pemerintah berencana merumuskan harga baru elpiji, khususnya elpiji 12 kilogram. Rencana itu diungkapkan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo pada Agustus lalu.

Selain Pertamina yang terus merugi, menurut Susilo, pertimbangan lain untuk merevisi harga elpiji adalah kebutuhan gas yang mencapai 4,3 juta ton per tahun. Produksi gas domestik hanya mampu mencukupi sekitar 1,3 juta ton per tahun. Karena itu, pemerintah harus mengimpor elpiji hingga 3 juta ton per tahun dengan anggaran impor kira-kira US$ 1.000 untuk 1 ton elpiji. Dengan demikian, pemerintah harus merogoh kocek hingga US$ 3 miliar atau sekitar Rp 35,5 triliun untuk impor elpiji.

Berdasarkan kalkulasi tersebut, Susilo menuturkan, pemerintah perlu menaikkan harga elpiji 12 kilogram, mengingat elpiji jenis ini seharusnya sudah mengikuti harga pasar.(JPNN)

Tidak ada komentar: