Para bloggers se-Asia Tenggara yang menghadiri event On
Off 2011, Sabtu (3/12/2011), saling berbagi cerita mengenai pengalaman berinternet di negaranya masing-masing. Salah satu topik yang mereka "curhatkan" adalah cyber law atau aturan hukum mengenai dunia cyber yang ditetapkan pemerintah.
Dalam perbincangan itu terungkap, jika dibandingkan negara lain, Indonesia paling aman aktifitas netizen (pengguna internet) karena tidak diawasi pemerintah. Kounila Keo dari Kamboja, misalnya, mengungkapkan, di negaranya, Facebook dan jejaring sosial lainnya diawasi ketat oleh pemerintah Kamboja.
"Kami tidak bisa menggunakan internet untuk menyampaikan kritik. Jangankan kritik, keluhan saja kadang menjadi pemicu pemblokiran," ungkapnya.
Kounila mengisahkan, ia pernah menulis sesuatu di blognya yang secara tak sengaja bermuatan politik. Apa yang terjadi? Blognya diblokir hingga saat ini. Akhirnya, ia membuat blog baru dan kini memfokuskan blog tersebut untuk membahasakan masalah pendidikan dan pariwisata.
"Kalaupun mau menyindir atau mengkritik, saya menggunakan bahasa sehalus mungkin sehingga tidak terdeteksi. Sungguh mengerikan. Tetapi, itulah negara kami," tambahnya.
Meskipun peraturan di negaranya sangat ketat, menurut Kounila, jumlah blogger di Kamboja terbilang cukup banyak. Terbukti, dari beberapa kali penyelenggaraan pesta blogger, selalu ramai dikunjungi komunitas blogger, dan tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia hari ini.
Ia berharap, suatu hari akan ada komunitas blogger ASEAN bahkan komunitas blogger global yang membuat pesta blogger internasional.
"Saya ingin kita saling tahu permasalahan yang terjadi di seluruh dunia dan kesulitan apa yang dialami para blogger selama ini di negaranya," jelasnya.
Setidaknya, dengan kehadiran Kounila dan para perwakilan blogger dari negara lain di On Off Indonesia 2011, sudah memulai gerakan tersebut.
Selain Kounila, ada Tai Tran dari Vietnam yang menyampaikan atmosfer berinternet di negaranya. Vietnam mungkin boleh bangga karena penetrasi internet PC dan mobile di negara tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Sepuluh persen pengguna Yahoo Global Platform berasal dari Vietnam.
"Kami memiliki 6 juta pengguna Facebook dan 6 juta blogger," ungkap Tran.
Ia cukup percaya diri menyampaikan pengalaman berinternet di negaranya yang tanpa hambatan. Berbeda dengan negara-negara lain yang memiliki aturan yang ketat dalam penggunaan akses internet seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Marcus van Geyzel, blogger dari Malaysia bahkan membagi cerita bahwa televisi, radio, hingga berita-berita online diawasi oleh Pemerintah Malaysia. Blogger juga perlu berhati-hati apabila akan menuliskan segala hal yang berkaitan dengan politik dan pemerintahan.
Tarif internet
Selain mengenai kontrol pemerintah, cerita lain yang diperbincangkan para blogger adalah mengenai tarif internet di masing-masing negara. Mayoritas blogger mengakui, tarif internet sudah semakin murah dan sesuai dengan pelayanan yang ada.
Contoh paling bagus datang dari Zheng Wei asal Singapura yang menceritakan bagaiamana seriusnya Pemerintah Singapura membangun fiber optik sampai ke rumah-rumah penduduk, sehingga akses internet sangat lancar.
Sementara, mengenai jumlah pengguna internet, jejaring sosial, dan jumlah blogger, ternyata pengguna Facebook tetap paling besar di hampir seluruh negara. Hanya Laos yang memiliki jumlah pengguna Facebook sedikit, yakni sekitar 100 orang.
"Pengguna internet di Laos juga hanya 1,2 juta," ujar Sounay Phothisane, blogger yang berasal dari Laos.
Pada hari Minggu (4/12/2011) besok, para blogger se-Asia Tenggara ini masih akan menggelar diskusi panel "ASEAN's Digital Landscape", di @america Pacific Place lantai 3, pukul 10.00 hingga 12.00 WIB.
Off 2011, Sabtu (3/12/2011), saling berbagi cerita mengenai pengalaman berinternet di negaranya masing-masing. Salah satu topik yang mereka "curhatkan" adalah cyber law atau aturan hukum mengenai dunia cyber yang ditetapkan pemerintah.
Dalam perbincangan itu terungkap, jika dibandingkan negara lain, Indonesia paling aman aktifitas netizen (pengguna internet) karena tidak diawasi pemerintah. Kounila Keo dari Kamboja, misalnya, mengungkapkan, di negaranya, Facebook dan jejaring sosial lainnya diawasi ketat oleh pemerintah Kamboja.
"Kami tidak bisa menggunakan internet untuk menyampaikan kritik. Jangankan kritik, keluhan saja kadang menjadi pemicu pemblokiran," ungkapnya.
Kounila mengisahkan, ia pernah menulis sesuatu di blognya yang secara tak sengaja bermuatan politik. Apa yang terjadi? Blognya diblokir hingga saat ini. Akhirnya, ia membuat blog baru dan kini memfokuskan blog tersebut untuk membahasakan masalah pendidikan dan pariwisata.
"Kalaupun mau menyindir atau mengkritik, saya menggunakan bahasa sehalus mungkin sehingga tidak terdeteksi. Sungguh mengerikan. Tetapi, itulah negara kami," tambahnya.
Meskipun peraturan di negaranya sangat ketat, menurut Kounila, jumlah blogger di Kamboja terbilang cukup banyak. Terbukti, dari beberapa kali penyelenggaraan pesta blogger, selalu ramai dikunjungi komunitas blogger, dan tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia hari ini.
Ia berharap, suatu hari akan ada komunitas blogger ASEAN bahkan komunitas blogger global yang membuat pesta blogger internasional.
"Saya ingin kita saling tahu permasalahan yang terjadi di seluruh dunia dan kesulitan apa yang dialami para blogger selama ini di negaranya," jelasnya.
Setidaknya, dengan kehadiran Kounila dan para perwakilan blogger dari negara lain di On Off Indonesia 2011, sudah memulai gerakan tersebut.
Selain Kounila, ada Tai Tran dari Vietnam yang menyampaikan atmosfer berinternet di negaranya. Vietnam mungkin boleh bangga karena penetrasi internet PC dan mobile di negara tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Sepuluh persen pengguna Yahoo Global Platform berasal dari Vietnam.
"Kami memiliki 6 juta pengguna Facebook dan 6 juta blogger," ungkap Tran.
Ia cukup percaya diri menyampaikan pengalaman berinternet di negaranya yang tanpa hambatan. Berbeda dengan negara-negara lain yang memiliki aturan yang ketat dalam penggunaan akses internet seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Marcus van Geyzel, blogger dari Malaysia bahkan membagi cerita bahwa televisi, radio, hingga berita-berita online diawasi oleh Pemerintah Malaysia. Blogger juga perlu berhati-hati apabila akan menuliskan segala hal yang berkaitan dengan politik dan pemerintahan.
Tarif internet
Selain mengenai kontrol pemerintah, cerita lain yang diperbincangkan para blogger adalah mengenai tarif internet di masing-masing negara. Mayoritas blogger mengakui, tarif internet sudah semakin murah dan sesuai dengan pelayanan yang ada.
Contoh paling bagus datang dari Zheng Wei asal Singapura yang menceritakan bagaiamana seriusnya Pemerintah Singapura membangun fiber optik sampai ke rumah-rumah penduduk, sehingga akses internet sangat lancar.
Sementara, mengenai jumlah pengguna internet, jejaring sosial, dan jumlah blogger, ternyata pengguna Facebook tetap paling besar di hampir seluruh negara. Hanya Laos yang memiliki jumlah pengguna Facebook sedikit, yakni sekitar 100 orang.
"Pengguna internet di Laos juga hanya 1,2 juta," ujar Sounay Phothisane, blogger yang berasal dari Laos.
Pada hari Minggu (4/12/2011) besok, para blogger se-Asia Tenggara ini masih akan menggelar diskusi panel "ASEAN's Digital Landscape", di @america Pacific Place lantai 3, pukul 10.00 hingga 12.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar